Teori Norma-norma Sosial
Oleh : Maryadi
A.
Pendahuluan
Artinya : Hai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal.( Q.Surah Al Hujurat : 13)
Mengacu
pada Surah al Hujurat 13 seyogyanya
dapat diambil sebuah penyadaran akan satu pemahaman yang mendasar akan sebuah fakta
social tentang keberadaan manusia sebagai makhluk social yang harus
berinteraksi dan berkomunikasi antar sesama. Pada saat ini ketika melakukan
interaksi pasti terlibat langsung dengan kemajuan teknologi. Salah satu bentuk kemajuan
teknologi dalam bidang informasi dan komunikasiadalah Media
massa. Pengaruh media massa tidak dapat disamakan terhadap setiap individu, hal
ini disebabkan karena adanya perbedaan pola pikir, perbedaan sifat yang
berdampak pada pengambilan sikap, hubungan sosial sehari-hari, dan perbedaan
budaya. Perubahan sosial dimasyarakat berorientasi pada upaya untuk
meninggalkan unsur-unsur yang mesti ditinggalkan, berorientasi pada pembentukan
unsur baru, serta berorientasi pada nilai-nilai yang telah ada pada massa
lampau[1].
Tanpa
disadari,media massa telah membawa masyarakat masuk kepada pola budaya yang
baru dan mulai menentukan pola pikir serta perilaku masyarakat. Perubahan pola
tingkah laku yang paling terasa ialah dari aspek gaya hidup, aspek ini paling kelihatan dalam lingkungan
generasi muda. Dampak yang ditimbulkan media massa beraneka ragam, diantaranya:
terjadinya perilaku menyimpang dari norma-norma sosial dan nilai-nilai budaya dimana
perilaku menyimpang tersebut dianggap sebagai bagian dari trend masa kini.
Dampak lainnya yaitu kecenderungan makin meningkatnya pola hidupkonsumerisme
yang menuntut gaya hidup serba instant serta membuat menurunnya minat belajar
dikalangan generasi muda[2].
Media massa memiliki pengaruh
yang kuat disegala dimensi kehidupan masyarakat. Hal ini menyebabkan terjadinya
perubahan-perubahan sosial baik secara positif maupun negatif. Perkembangannya
membuat masyarakat terapit diantara dua pilihan yang tak terlakkan. Disatu
pihak masyarakat menerima kehadiran media massa secara berbunga-bunga, di pihak
lain kehadiran media massa justru menimbulkan masalah-masalah yang bersifat
struktural yang kemudian merambah di semua aspek kehidupan masyarakat. Terkait
dengan perkembangan media massa yang berdampak kearah modernisasi, media massa
merupakan yang paling pesat perkembangannya. Salah satu diantaranya yang cukup
membuat masyarakat terkagum-kagum ialah perkembangan teknologi informasi[3].
Menurut Praktiktodewasa ini
kemajuan teknologi informasi yang menuju kearah globalisasi komunikasi
dirasakan cenderung berpengaruh langsung terhadap tingkat peradaban masyarakat
dan bangsa. Kita semua menyadari bahwa perkembangan teknologi informasi
akhir-akhir ini bergerak sangat pesat dan telah menimbulkan dampak positif
maupun negatif terhadap tata kehidupan masyarakat di berbagai Negara. Kemajuan
bidang informasi membawa kita memasuki abad revolusi komunikasi. Bahkan ada
yang menyebutnya sebagai “Ledakan Komunikasi” yang artinya sebuah realitas yang
menggambarkanperubahan tatanan norma sosial didalam kehidupan masyarakat[4].
B. Teori Norma Sosial
Teori Norma Sosial merupakan teori yang mempunyai
pengaruh didalam memahami fakta social. Teori ini didirikan oleh Wesley Perkins
dan Alan Berkowitz pada tahun 1986 melalui studi efek yang berkaitan dengan
norma-norma sosial, apakah itu ras, perilaku atau lainnya, terhadap sesama[5].
Teori ini pada awalnya difokuskan pada pengguna alkohol di sekolah Lanjutan
Atas dan perguruan tinggi. Perkins
mencatat relevansi norma untuk memahami tatanan sosial oleh individu dan
kelompok, dan bagaimana cara mempengaruhi perilaku mereka[6].
Secara teoritis teori ini memiliki pengaruh penting dalam pemahaman tentang
perilaku manusia dalam hubungannya dengan lingkungan sosial dan telah
menghasilkan pemahaman yang lebih besar dari cara orang berpikir dan bertindak[7] .
Norma sosial di masyarakat dibedakan menurut aspek-aspek
tertentu tetapi saling berhubungan antara satu aspek dengan aspek yang lainnya.
Pembagian tersebut[8]
adalah :
1. Norma agama adalah peraturan sosial yang sifatnya
mutlak sebagaimana penafsirannya dan tidak dapat ditawar-tawar atau diubah
ukurannya karena berasal dari Tuhan.
Misalnya: Melakukan Sholat, tidak berbohong, tidak boleh mencuri, dan
lain sebagainya.
2. Norma kesusilaan adalah peraturan sosial yang berasal
dari hati nurani yang menghasilkan akhlak, sehingga seseorang dapat membedakan
apa yang dianggap baik dan apa pula yang dianggap buruk. Pelanggaran terhadap
norma ini berakibat sanksi pengucilan secara fisik (dipenjara, diusir) ataupun
batin (dijauhi). Misalnya Orang yang
berhubungan intim di tempat umum akan dicap tidak susila, melecehkan wanita
atau laki-laki di depan orang.
3. Norma kesopanan adalah peraturan sosial yang mengarah
pada hal-hal yang berkenaan dengan bagaimana seseorang harus bertingkah laku
yang wajar dalam kehidupan bermasyarakat. Contoh: Tidak meludah di sembarang
tempat, memberi atau menerima sesuatu dengan tangan kanan, tidak kencing di
sembarang tempat
4. Norma kebiasaan adalah sekumpulan peraturan sosial
yang berisi petunjuk atau peraturan yang dibuat secara sadar atau tidak tentang
perilaku yang diulang-ulang sehingga perilaku tersebut menjadi kebiasaan
individu. Pelanggaran terhadap norma ini berakibat celaan, kritik, sampai
pengucilan secara batin. Contoh: Membawa oleh-oleh apabila pulang dari suatu
tempat, bersalaman ketika bertemu.
5. Kode etik adalah tatanan etika yang disepakati oleh
suatu kelompok masyarakat tertentu. Contoh: kode etik jurnalistik, kode etik
perwira, kode etik kedokteran. Kode etik umumnya termasuk dalam norma sosial,
namun bila ada kode etik yang memiliki sanksi yang agak berat, maka masuk dalam
kategori norma hukum.
Norma agama dan norma kesusilaan berlaku secara luas di
setiap kelompok masyarakat bagaimanapun tingkat peradabannya. Sedangkan norma
kesopanan dan norma kebiasaan biasanya hanya dipelihara atau dijaga oleh
sekelompok kecil individu saja, sedangkan kelompok masyarakat lainnya akan
mempunyai norma kesopanan dan kebiasaan yang tersendiri pula.
Dalam makalah ini mengkaji lebih detail dan menkritisi
Teori Norma Sosial yang diutarakan oleh Sandra
Ball-Rokeach dan Melvin Defleur.
Tentunya teori ini memiliki kelebihan dan kelemahan jika dibandingkan dengan
teori-teori lainnya. Apakah teori ini masih relevan atau justru sudah tidak
dapat disentuh sama sekali.
C. Analisis Fungsi Teori Norma Sosial
Melalui media massa yang semakin berkembang memungkinkan
informasi menyebar dengan mudah di masyarakat. Informasi dalam bentuk apapun
dapat disebarluaskan dengan mudah dan cepat sehingga mempengaruhi cara pandang,
gaya hidup, serta budaya suatu bangsa.Arus informasi yang cepat menyebabkan
masyarakat tidak mampu untuk menyaring pesan yang datang. Akibatnya tanpa sadar
informasi tersebut sedikit demi sedikit telah mempengaruhi pola tingkah laku
dan budaya dalam masyarakat. Kebudayaan yang sudah lama ada dan menjadi tolak
ukur masyarakat dalam berperilaku kini hampir hilang dan lepas dari perhatian
masyarakat. Akibatnya, semakin lama perubahan-perubahan norma sosial di
masyarakat mulai terangkat ke permukaan[9].
Pengaruh media terhadap masyarakat telah menumbuhkan
pembaharuan-pembaharuan yang cepat dalam masyarakat. Pembaharuan yang berwujud
perubahan ada yang ke arah negatif dan ada yang ke arah positif. Pengaruh media tersebut berkaitan dengan
aspek-aspek lain seperti sifat komunikator, isi/informasi dari media itu
sendiri, serta tanggapan dari masyarakat. Sadar atau tidak sadar masyarakat
sering dipengaruhi oleh media massa, misalnya media membujuk untuk menggunakan
suatu produk tertentu ataupun secara tidak langsung membujuk untuk mendukung
ideologi politik tertentu maupun partai tertentu. Sehubungan dengan hal
tersebut, ada beberapa teori kontemporer yang berkaitan dengan pengaruh
komunikasi massa yang digolongkan dalam empat bagian[10],
yaitu:
1. Teori Perbedaan Individu
Menurut teori ini terdapat kecenderungan baru dalam
pembentukan watak sesorang melalui proses belajar. Adanya perbedaan pola pikir
dan motivasi didasarkan pada pengalaman belajar. Perbedaan individu disebabkan
karena perbedaan lingkungan yang menghasilkan perbedaan pandangan dalam
menghadapi sesuatu. Lingkungan akan mempengaruhi sikap, nilai-nilai serta
kepercayaan yang mendasari kepribadian mereka dalam menaggapi informasi yang
datang. Dengan demikian pengaruh media terhadap individu akan berbeda-beda satu
sama lain.
2. Teori Penggolongan Sosial
Penggolongan sosial lebih didasarkan pada tingkat
penghasilan, seks, pendidikan, tempat tinggal maupun agama. Dalam teori ini
dikatakan bahwa masyarakat yang memiliki sifat-sifat tertentu yang cenderung
sama akan membentuk sikap-sikap yang sama dalam menghadapi stimuli tertentu.
Persamaan ini berpengaruh terhadap tanggapan mereka dalam menerima pesan yang
disampaikan media massa.
3. Teori Hubungan Sosial
Menurut teori ini kebanyakan masyarakat menerima pesan
yang disampaikan media banyak di peroleh melalui hubungan atau kontak dengan
orang lain dari pada menerima langsung dari media massa. Dalam hal ini hubungan
antar pribadi mempunyai pengaruh yang kuat terhadap penyampaian informasi oleh
media.
4. Teori Norma-Norma Budaya
Teori ini menganggap bahwa pesan/informasi yang
disampaikan oleh media massa dengan cara-cara tertentu dapat menimbulkan
tafsiran yang berbeda-beda oleh masyarakat sesuai dengan budayanya. Hal ini
secara tidak langsung menunjukkan bahwa media mempengaruhi sikap individu
tersebut. Ada beberapa cara yang ditempuh oleh media massa dalam mempengaruhi
norma-norma budaya. Pertama, informasi yang disampaikan dapat memperkuat
pola-pola budaya yang berlaku serta meyakinkan masyarakat bahwa budaya tersebut
masih berlaku dan harus di patuhi. Kedua, media massa dapat menciptakan
budaya-budaya baru yang dapat melengkapi atau menyempurnakan budaya lama yang
tidak bertentangan. Ketiga, media massa dapat merubah norma-norma budaya yang
telah ada dan berlaku sejak lama serta mengubah perilaku masyarakat itu
sendiri.
Perubahan sosial merupakan
gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat dan
merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat.
Perubahan sosial di masyarakat meliputi beberapa orientasi, antara lain (1)
perubahan dengan orientasi pada upaya meninggalkan faktor-faktor atau
unsur-unsur kehidupan sosial yang mesti ditinggalkan atau diubah, (2) perubahan
dengan orientasi pada suatu bentuk atau unsur yang memang bentuk atau unsur
baru, (3) suatu perubahan yang berorientasi pada bentuk, unsur, atau nilai yang
telah eksis atau ada pada masa lampau[11].
Dalam memantapkan orientasi
suatu proses perubahan, ada beberapa faktor yang memberikan kekuatan pada
orientasi perubahan tersebut, antara lain adalah sebagai berikut: (1) sikap,
dalam hal ini baik skala individu maupun skala kelompok yang mampu menghargai
karya pihak lain, tanpa dilihat dari skala besar atau kecilnya produktivitas
kerja itu sendiri, (2) adanya kemampuan untuk mentolerir sejumlah penyimpangan
dari bentuk-bentuk atau unsur-unsur rutinitas, sebab pada hakekatnya salah satu
pendorong perubahan adanya individu-individu yang menyimpang dari hal-hal yang
rutin, makhluk yang suka menyimpang dari unsur-unsur rutinitas, (3) mengokohkan
suatu kebiasaan atau sikap mental yang mampu memberikan penghargaan (reward)
kepada pihak lain (individual, kelompok) yang berprestasi dalam berinovasi,
baik dalam bidang sosial, ekonomi, dan iptek, (4) tersedianya fasilitas dan
pelayanan pendidikan dan pelatihan yang memiliki spesifikasi dan kualifikasi
progresif, demokratis, dan terbuka bagi semua fihak yang membutuhkannya[12].
Suatu proses perubahan sosial
tidak selalu berorientasi pada kemajuan semata. Tidak menutup kemungkinan bahwa
proses perubahan sosial juga mengarah pada kemunduran atau mungkin mengarah
pada suatu degradasi pada sejumlah aspek atau nilai kehidupan dalam masyarakat
yang bersangkutan. Suatu kemunduran dan degradasi (luntur atau berkurangnya
suatu derajat atau kualifikasi bentuk-bentuk atau nial-nilai dalam masyarakat),
tidak hanya satu arah atau orientasi perubahan secara linier, tetapi juga
memiliki dampak sampingan dari keberhasilan suatu proses perubahan. Contohnya
perubahan iptek, dari iptek yang bersahaja ke iptek yang modern (maju), mungkin
menimbulkan kegoncangan-kegoncangan pada unsur-unsur atau nilai-nilai yang
tengah berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan, yang sering disebut sebagai
culture-shock.
Fungsi media massa sebagai
penunjang perubahan social yaitu: pertama, sebagai pemberi informasi. Dalam hal
ini fungsi penyampaian informasi dapat dilakukan sendiri oleh media. Tanpa
media, sangat mustahil informasi dapat disampaikan secara tepat dan cepat.
Kedua, sebagai pengambilan keputusan. Dalam hal ini media massa berperan
sebagai penunjang yang mana menuntut adanya kelompok-kelompok diskusi yang akan
mengambil keputusan, disamping itu diharapkan adanya perubahan sikap,
kepercayaan, dan norma-norma sosial. Hal ini berarti media massa berperan dalam
menghantarkan informasi sebagai bahan diskusi, menyampaikan pesan para pemuka
masyarakat serta memperjelas masalah-masalah yang disampaikannya. Ketiga, media
berfungsi sebagai pendidik. Dalam hal ini, media dapat meningkatkan tingkat
pengetahuan masyarakat
D. Peranan Media
Massa sebagai Penunjang Perubahan Sosial
Sadar atau tidak sadar media
massa telah menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat. Melalui media
massa kita dapat belajar banyak hal yang bisa di jadikan pelajaran. Berita
tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di luar negeri maupun dalam negeri dapat
diketahui dengan cepat dan mudah melalui media massa. Hal ini karena media
massa memiliki kemampuan untuk memberikan informasi-informasi secara efektif.
Adapun peran media massa ialah: pertama, media dapat memperluas cakrawala
pemikiran. Kebanyakan orang yang hidup dalam masyarakat tradisional menganggap
media memiliki kekuatan gaib sewaktu pertama kali mengenalnya sebab media massa
dapat membuat seseorang melihat dan mengetahui tempat-tempat yang belum pernah
dikunjunginya serta mengenal orang-orang yang belum pernah ditemuinya. Media
telah membantu masyarakat Negara sedang berkembang mengenal kehidupan
masyarakat lain sehingga mereka memperoleh pandangan baru dalam hidupnya. Media
massa dapat menjadi jembatan peralihan antara masyarakat tradisional kearah
masyarakat modern.
Kedua, media massa dapat
memusatkan perhatian. Masyarakat tradisional yang bergerak ke arah modern
sedikit demi sedikit mulai menggantungkan pengetahuannya pada media massa
sehingga hal-hal mengenai apa yang penting, yang berbahaya, apa yang menarik
dan sebagainya berasal dari media. Akibatnya lama kelamaan masyarakat mulai
meninggalkan kebiasaan atau budayanya dan menganggap budaya tersebut sebagai
sesuatu yang kuno dan tidak modern. Oleh karena itu, media massa harus bisa
memutuskan dengan tepat informasi atau rubric apa yang akan disampaikannya
sebab media dapat mempenggaruhi pola pikir masyarakat dan membangkitkan
aspirasi masyarakat.
Ketiga, media massa mampu
menumbuhkan aspirasi. Secara tidak langsung aspirasi masyarakat tumbuh melalui
siaran-siaran atau informasi yang disampaikan media massa. Banyak hal-hal baru
yang disampaikan oleh media, misalnya dari gaya berpakaian atau potongan rambut
yang membuat masyarakat terdorong untuk melakukan atau menggunakan hal yang
sama seperti yang dilihat mereka melalui media. Hal penting yang perlu disadari
dan diperhatikan bahwa terkadang aspirasi yang berlebihan akan membawa resiko
dan buruknya hal tersebut tidak dianggap sebagai suatu kesalahan
E. Pengaruh Media
Massa Terhadap Perubahan Norma Sosial
Norma sosial merupakan fakta
yang ada dalam masyarakat berupa harapan-harapan masyarakat berkaitan dengan
tingkah laku yang seharusnya dilakukan seseorang. Pesatnya perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi seperti media massa, menyebabkan terjadi
perubahan secara cepat dimana-mana. Media massa sedikit demi sedikit membawa
masuk masyarakat ke suatu pola budaya yang baru dan mulai menentukan pola pikir
serta budaya perilaku masyarakat. Tanpa disadari media massa telah ikut mengatur
jadwal hidup kita serta menciptakan sejumlah kebutuhan
Keberadaaan media massa dalam
menyajikan informasi cenderung memicu perubahan serta banyak membawa pengaruh
pada penetapan pola hidup masyarakat. Beragam informasi yang disajikan dinilai
dapat memberi pengaruh yang berwujud positif dan negatif. Secara perlahan-lahan
namun efektif, media membentuk pandangan masyarakat terhadap bagaimana
seseorang melihat pribadinya dan bagaimana seseorang seharusnya berhubungan
dengan dunia sehari-hari.
Media memperlihatkan pada
masyarakat bagaimana standar hidup layak bagi seorang manusia, sehingga secara
tidak langsung menyebabkan masyarakat menilai apakah lingkungan mereka sudah
layak atau apakah ia telah memenuhi standar tersebut dan gambaran ini banyak
dipengaruhi dari apa yang di lihat, didengar dan dibaca dari media.
Pesan/informasi yang disampaikan oleh media bisa jadi mendukung masyarakat
menjadi lebih baik, membuat masyarakat merasa senang akan diri mereka, merasa
cukup atau sebaliknya mengempiskan kepercayaan dirinya atau merasa rendah dari
yang lain.
Pergeseran pola tingkah laku
yang diakibatkan oleh media massa dapat terjadi di lingkungan keluarga,
sekolah, dan dalam kehidupan bermasyarakat. Wujud perubahan pola tingkah laku
lainnya yaitu gaya hidup. Perubahan gaya hidup dalam hal peniruan atau imitasi
secara berlebihan terhadap diri seorang firgur yang sedang diidolakan
berdasarkan informasi yang diperoleh dari media. Biasanya seseorang akan meniru
segala sesuatu yang berhubungan dengan idolanya tersebut baik dalam hal
berpakaian, berpenampilan, potongan rambutnya ataupun cara berbicara yang
mencerminkan diri idolanya[13].
Hal tersebut diatas cenderung lebih berpengaruh terhadap generasi muda.
Secara sosio-psikologis, arus
informasi yang terus menerpa kehidupan kita akan menimbulkan berbagai pengaruh
terhadap perkembangan jiwa, khususnya untuk anak-anak dan remaja. Pola perilaku
mereka, sedikit demi sedikit dipengaruhi oleh apa yang mereka terima yang
mungkin melenceng dari tahap perkembangan jiwa maupun norma-norma yang berlaku.
Hal ini dapat terjadi bila tayangan atau informasi yang mestinya di konsumsi
oleh orang dewasa sempat ditonton oleh anak-anak[14].
Dampak yang ditimbulkan media
massa bisa beraneka ragam diantaranya
terjadinya perilaku yang menyimpang dari norma-norma sosial atau nilai-nilai budaya. Di jaman modern ini
umumnya masyarakat menganggap hal tersebut bukanlah hal yang melanggar norma,
tetapi menganggap bagian dari trend massa kini. Selain itu juga, perkembangan
media massa yang teramat pesat dan dapat dinikmati dengan mudah mengakibatkan
masyarakat cenderung berpikir praktis.
Dampak lainnya yaitu adanya
kecenderungan makin meningkatnya pola hidup konsumerisme. Dengan perkembangan
media massa apalagi dengan munculnya media massa elektronik (media massa
modern) sedikit banyak membuat masyarakat senantiasa diliputi prerasaan tidak
puas dan bergaya hidup yang serba instant Gaya hidup seperti ini tanpa sadar
akan membunuh kreatifitas yang ada dalam diri kita dikemudian hari.
Rubrik dari layar TV dan media
lainnya yang menyajikan begitu banyak unsur-unsur kenikmatan dari pagi hingga
larut malam membuat menurunnya minat belajar dikalangan generasi muda. Dari hal
tersebut terlihat bahwa budaya dan pola tingkah laku yang sudah lama tertanam
dalam kehidupan masyarakat mulai pudar dan sedikit demi sedikit mulai diambil
perannya oleh media massa dalam menyajikan informasi-informasi yang berasal
dari jaringan nasional maupun dari luar negeri yang terkadang kurang pas dengan
budaya bangsa timur[15].
F. Aplikasi dan Analisis Kelayakan Teori Norma-norma
Sosial
Teori Norma Sosial secara
teoritis memiliki pengaruh penting dalam pemahaman tentang perilaku manusia
dalam hubungannya dengan lingkungan sosial dan telah menghasilkan pemahaman
yang lebih besar dari cara orang berpikir dan bertindak. Norma-norma perilaku
kelompok mayoritas atau norma-norma sikap yang menurut teori ini sangat dalam
kaitannya dengan massa "lain" yang membuat "norma" dari
mana untuk mengevaluasi diri sendiri. Hal ini telah memungkinkan sejumlah ilmuwan
sosial dan pekerja sosial untuk melakukan berbagai pendekatan masalah sosial,
seperti penyalahgunaan obat terlarang, pelecehan sexual, rasisme, pecandu alcohol. Melalui
teori ini pula dillakukan pendekatan
untuk mencari solusi permasalahan dengan pemahaman yang lebih besar dari latar
belakang, dan berusaha untuk kembali mendidik pemuda dengan cara yang lebih dalam
memasuki lingkungan sosial mereka[16].
Aplikasi Teori Norma-norma
Sosial mungkin yang paling sering terlihat dalam sosiologi. Hal ini diterapkan
untuk menguraikan prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang mengatur pemikiran
sosial dan perilaku dalam kelompok masyarakat.
Pendekatan ini banyak digunakan untuk memecahkan, memperbaiki atau
memodifikasi perilaku sosial dari kelompok-kelompok dan telah diperluas ke
sejumlah penyakit social. Teori ini juga
telah diterapkan oleh sosiolog dan antropolog untuk rasisme, yang paling
menonjol pada 1990-an selama munculnya "kegelapan" atau "putih"
studi di akademisi.
Teori ini menganggap bahwa
pesan/informasi yang disampaikan oleh media massa dengan cara-cara tertentu
dapat menimbulkan tafsiran yang berbeda-beda oleh masyarakat sesuai dengan
budayanya. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa media mempengaruhi
sikap individu tersebut. Ada beberapa cara yang ditempuh oleh media massa dalam
mempengaruhi norma-norma budaya. Pertama, informasi yang disampaikan dapat
memperkuat pola-pola budaya yang berlaku serta meyakinkan masyarakat bahwa
budaya tersebut masih berlaku dan harus di patuhi. Kedua, media massa dapat
menciptakan budaya-budaya baru yang dapat melengkapi atau menyempurnakan budaya
lama yang tidak bertentangan. Ketiga, media massa dapat merubah norma-norma
budaya yang telah ada dan berlaku sejak lama serta mengubah perilaku masyarakat
itu sendiri[17].
G. Kriktik terhadap Teori Norma-norma Sosial.
Ketika manusia telah
mengalami kemajuan yang sedemikian pesat.Modernitas manusia sudah tidak
terelakkan lagi. Manusia dalam titik kemajuanmodernitas, telah dihantar pada
sebuah situasi yang sedemikian krusial.Modernitas telah membawa manusia pada
kemajuan teknologi yang sedemikian pesat.Teknologi modern sudah menjadi alat
perpanjangan tangan manusia. Manusiasemakin dipermudah oleh sarana-sarana
teknologi yang ada. Bahkan, teknologi telah merasuki simpul-simpul kesenangan
dansimbolisasi manusia. Kehidupan manusia bisa sedemikian nyaman dan aman
sehinggamanusia “bisa tidur nyenyak” dalam keterbatasannya sebagai manusia.
Giddenspernah menyatakan situasi semacam ini sebagai ontological security.Modernitas,
komunikasi dan teknologi modern telah melahirkan kisah kebebasanberagama,
kemajuan transpotasi, perkembangan teknologi informasi, keterjaminanpangan,
penerangan listrik, komunitas melting pot, dan masih banyaklagi[18].
Teknologi,
komunikasi dan modernitas telah mencanangkan janji danideologi kehidupan
manusia yang lebih baik, membuat manusia semakin pintar,lebih bahagia dan
sebagainya.Tapi di lain pihak, modernitas, komunikasi dan teknologi tidak
bisadipisahkan dengan aspek-aspek negatif yang dihasilkannya. Modernitas
yangmenjanjikan kebahagiaan juga tetap meninggalkan jejak pengasingan manusia[19].Dalam akumulasi kemajuan
teknologi yang ada, tetap dilihat sebuah proses dimana manusia dibuat mabuk
kepayang oleh modernitas, komunikasi dan teknologimodern. Segala teknologi,
industri komunikasi dan gaya hidup modern bisamengucilkan, memencilkan,
mengaburkan dan menghancurkan martabat manusia.Industri dan modernitas bisa
membawa pada keterasingan manusia. Maka diperlukan sebuah sarana untuk menjadi
pisau analisa untukbisa mengkritisi dan melihat secara arif kemajuan demi
kemajuan yang telahmanusia peroleh. Manusia boleh memanfaatkan kemajuan
kehidupan modern, tapimanusia tetap menjadi subjek dalam setiap proses kemajuan
yang ada. Sejarahilmu pengetahuan pada umumnya, dan filsafat pada khususnya –
mencatat bahwaTeori Kritis yang berbasis para intelektual Sekolah Frankfurt
Jerman telahmemberikan kontribusi yang cukup memadai dalam melihat dan memahami
modernitasmanusia[20].
Parapemikir sosial Frankfurt ini membuat
refleksi sosial kritis mengenai masyarakatpasca-industri dan konsep tentang
rasionalitas yang ikut membentuk danmempengaruhi tindakan masyarakat tersebut.
Cara berpikir aliran Frankfurt dapat dikatakan sebagai teori kritikmasyarakat
atau eine Kritische Theorie der Gesselschaft. Maksud teoriini adalah
membebaskan manusia dari manipulasi teknokrasi modern. Khas pulaapabila teori
ini berinspirasi pada pemikiran dasar Karl Marx, meskipun tidakmenutup
kemungkinan bahwa inspirasi Teori Kritis banyak didialogkan denganaliran-aliran
besar filsafat – khususnya filsafat sosial pada waktu itu. Sejaksemula, Sekolah
Frankfurt menjadikan pemikiran Marxsebagai titik tolak pemikiran sosialnya.
Tapi yang perlu harus diingatadalah bahwa Sekolah Frankfurt tetap mengambil
semangat dan alur dasarpemikiran filosofis idealisme Jerman, yang dimulai dari
pemikiran kritisismeideal Immanuel Kant sampai pada puncak pemikiran kritisisme
historisdialektisnya Georg William Friederich Hegel. Dengan sangat cerdas,
sebagianbesar pemikir dalam sekolah Franfurt berdialog dengan Karl Marx, Hegel
dan I.Kant[21].
H. Penutup
Media massa pada umunya merupakan sektor pranata modern, yang
sampai batas tertentu adalah asing untuk negara dan kebudayaan negara ketiga.
Untuk memasukkannya diperlukan baik oleh alih teknologi maupun kemampuan
adaptasinya terhadap kebutuhan dunia ketiga. Secara umum media massa merupakan
sarana penyampaian informasi dari sumber informasi (komunikator) kepada
penerima informasi (komunikan).Masuknya informasi oleh media massa membawa
dampak perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat. Dengan demikian Informasi
memiliki kekuatan baik yang membangun dan merusak. Artinya media massa dalam
hal ini berwajah ganda. Informasi yang sampai kemasyarakat dapat ditanggapi
berbeda-beda oleh setiap individu tergantung pada kepentingannya masing-masing
serta tergatung dari kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan informasi yang
datang secara proporsional.
Dampak yang paling kontras dirasakan dikalangan masyarakat ialah
perubahan gaya hidup dan pola tingkah
laku yang menuntut masyarakat bersikap serba instant sehingga menyebabkan
terjadi pergeseran nilai-nilai budaya dalam kehidupan masyarakat. Media massa
mempengaruhi gaya hidup masyarakat untuk menjadi serupa dengan apa yang
disajikan oleh media. Sadar atau tidak masyarakat pun masuk kedalamnya bahkan
menuntut lebih dari itu. Kehadiran media massa dirasakan lebih berpengaruh
terhadap generasi muda yang sedang berada dalam tahap pencarian jati
diri.Informasi-informasi yang diterima dari media tersebut mempengaruhi
kehidupan sosial budaya suatu masyarakat baik dalam persepsi sikap serta
perilaku hidupnya. Dari pejelasan-penjelasan diatas, secara tersirat kehadiran
media massa telah memunculkan suatu budaya baru yang menginginkan masyarakat dapat
menyesuaikan diri terhadap budaya tersebut.Dengan demikian maka akan melahirkan
fenomena-fenomena baru tentang norma-norma sosial.
Daftar Pustaka
Andi Abdul Muis, Komunikasi
Islami, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001
Benhabib, Seyla, Critique, Norm, And Utopia: A Study ofThe Foundation
of Critical Theory. New York : Columbia University Press.1986
Berkowitz, AD & Perkins, HW. Masalah Minum antar Mahasiswa: Sebuah Tinjauan Riset terbaru.Westport,
CT: Greenwood Press. 1997
Dennis McQuail, Teori-Teori Komunikasi Massa, Jakarta: Erlangga.1987
Djuarsa Sandjaya, Teori Komunikasi, Jakarta: Universitas Terbuka, 2005
Deddy Mulyana. (Ed), Komunikasi Antar Budaya. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2003
Mappiare, Syahrir, et.al.Dampak Globalisasi Informasi Dan Komunikasi
Terhadap Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Pedesaan Di Sulawesi Tengah. Makassar:
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1996
Murniatmo, Gatot, et.al. Dampak Globalisasi Informasi Terhadap
Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Pedesaan Di Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta
: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan: 1997
Perkins HW, et.al, Kesalahan
Persepsi dari Norma-norma untuk Frekuensi Pengguna Alkohol dan Narkoba di Kampus. New York : Jurnal American College
Kesehatan. 1999
Pratikto, Riyono, Komunikasi Pembangunan Edisi I. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya 1997
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada, 1990
Syukur Kholil, (Ed), Teori Komunikasi Massa, Bandung : Citapustaka
Media Perintis, 2011
Salim, Agus.. Perubahan Sosial: Sketsa Teori dan Metodologi Kasus
Indonesia. Yogyakarta : PT. Tiara Wacana, 2002
Susanto Sunario, Astrid. S.Globalisasi dan Komunikasi. Jakarta : Sinar
Harapan: 1992
Stanley J. Baran & Dennis K. Davis,
Mass Communication Theory: Foundation, Ferment, and Future ed. 2nd.
USA: Wadsworth. 2000
Stephen W Littlejhon,Theories of Human Communication ed. 6th.
California: Wadsworth. 1999
Thorpe, Gold J. E.. Sosiologi Dunia Ketiga: Kesenjangan dan
Pembangunan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.1992
.
[1].
Deddy Mulyana. ed, Komunikasi Antar Budaya. ( Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2003), h.11
[2].
Murniatmo, Gatot, et.al. Dampak Globalisasi Informasi Terhadap Kehidupan
Sosial Budaya Masyarakat Pedesaan Di Daerah Istimewa Yogyakarta.(Yogyakarta
: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan: 1997), h.8
[3]. Mappiare, Syahrir, et.al.. Dampak Globalisasi
Informasi Dan Komunikasi Terhadap Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Pedesaan
Di Sulawesi Tengah ( Makassar: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1996)
[5].
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar ( Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 1990), h.200
[6].
Perkins HW, et.al, Kesalahan Persepsi
dari Norma-norma untuk Frekuensi Pengguna Alkohol dan Narkoba di Kampus.( New York : Jurnal American
College Kesehatan. 1999)
[7]. Syukur Kholil, (Ed), Teori Komunikasi
Massa, (Bandung: Citapustaka Media
Perintis, 2011), h. 245
[8]. Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu
Pengantar, Ibid
[9].
Andi Abdul Muis, Komunikasi Islami, ( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
2001)
[11]. Dennis McQuail, Teori-Teori Komunikasi
Massa, (Jakarta: Erlangga. 1987)
[12].
Dennis McQuail,Ibid
[13].Murniatmo,
Gatot, et.al. Ibid.
[14]Susanto
Sunario, Astrid. S. Globalisasi dan Komunikasi. (Jakarta : Sinar
Harapan, 1992)
[15].
Thorpe, Gold J. E.. Sosiologi Dunia Ketiga: Kesenjangan dan Pembangunan.
( Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992)
[16].
Stanley J. Baran & Dennis K. Davis, Mass
Communication Theory: Foundation, Ferment, and Futureed. 2nd, (USA:
Wadsworth. 2000)
[17]. Dennis McQuail, Ibid.
[18].
Benhabib, Seyla, Critique, Norm, And Utopia: A Study ofThe Foundation of
Critical Theory (New York : Columbia University Press, 1986 )
[19] Ibid
[20].Berkowitz,
AD & Perkins, HW. Masalah Minum antar
Mahasiswa: Sebuah Tinjauan Riset terbaru.
( Westport,
CT: Greenwood Press. 1997)
[21].Stephen
W Littlejhon, Theories of Human Communication ed. 6th. ( California:
Wadsworth. 1999 )