Teknik
Komunikasi
( Hadist Tematik Komunikasi )
Oleh : Maryadi
A. Pendahuluan
Communication
is the key to success sebuah
statement yang kerap kita dengarkan namun masih banyak yang gagal
menerapkannya, berbagai alasan mengemukakan mulai dari ketidak percayaan diri,
ketidaksempurnaan alat ucap (articulator) sampai dengan penampilan fisik yang
tidak memadai. Ada beberapa hal yang dapat membantu kita untuk berkomunikasi
lebih baik yaitu dengan cara yang penuh kasih, enak didengar, serta efektif
sebagaimana berikut : 1). Communicate
Effectively, Lakukan komunikasi secara efektif, hindari tindakan pemberian
instruksi yang tidak jelas atau ambigious (mengandung makna ganda). Menurut Joseph
de Vito, untuk dipertimbangkan efektifitas sebuah komunikasi diantaranya yaitu:-
Openess, adanya keterbukaan, Supportiveness, saling mendukung, Positiviness,
bersikap positif, Empathy, memahami perasaan orang lain, Equality,
kesetaraan[1]. 2). Good Communication Erases Life Matters.
Komunikasi yang didasari dengan pengertian yang baik dan bijaksana akan
menghapus segala persoalan kehidupan. 3).
Simplify Your Words, menyederhanakan kosa kata yang digunakan
ketika berkomunikasi dengan orang lain. 4). Use Proper Words in Proper Place,
Penggunaan kata-kata harus disesuaikan dengan tempat dimana komunikasi itu
berlangsung. 5).Go Down to Earth When You Speak, Gunakan cara
berbicara yang membumi dengan pilihan materi yang dapat dimengerti oleh
orang-orang di sekitar kita. 6). Keep Your Message Simple and Short, meringkas apa yang ingin
kita sampaikan dalam kalimat-kalimat singkat, padat, tepat, dan memikat. 7). Focus
on What You Talk About, untuk focus terhadap apa yang tengah kita
bicarakan.8). Your Speech is Your Ads, so Be Creative, susunlah
kalimat-kalimat kreatif dengan cara memilih kata-kata yang positif, dinamis dan
berkekuatan karena “inilah iklan” diri kita. 9). Tell the Reason Why
You Speak about It, katakan alasan tentang apa yang anda sampaikan. 10). Speak Without any Borders, Bicaralah
dengan bebas tanpa ada tekanan dan ketakutan. 11). Consider Community’s
Values, Pertimbangkan nilai-nilai yang hidup dimasyarakat dimana kita
sedang memberikan pembahasan terhadap suatu hal. 12). Cancel the Complicated
Matters,Persoalan rumit yang belum cukup matang kita pahami sebaiknya
ditunda saja perbincangannya. 13). Quote
Others to Ease Your Speech, Untuk itu catatan sejarah tentang apa yang pernah
terjadi dapat kita kutip. 14). Don’t
Butt In!, lebih banyaklah mendengar daripada berbicara. 15). Never
Plan What to Say When Listening, Berbicara dengan pikiran sendiri dan
menyusun rencana selanjutnya untuk disampaikan akan mengganggu kelancaran
komunikasi.16). Don’t Make Assumption Communication is not Easy, Jangan
suka berasumsi berkomunikasi (yang baik dan benar) tidak mudah. 17). Don’t Lie, pastikan anda jujur[2].
B. Teknik
Komunikasi Kajian Hadist Tematik
Komunikasi
merupakan aktivitas penting manusia dalam menjalani kehidupan. Sebagai bagian
dari makhluk sosial yang syarat dengan keberagaman, kebutuhan, dan kepentingan
serta harapan-harapan yang ingin dicapai, manusia tidak bisa lepas dari
aktivitas komunikasi. Komunikasi sebenarnya
telah diajarkan oleh Sang Pencipta Allah SWT, melalui kitabnya Alquran
tentang bagaimana pentingnya komunikasi bagi umat manusia. Komunikasi yang
didasari dengan pengertian yang baik dan bijaksana akan menghapus segala
persoalan kehidupan. Kesalahpahaman dan pertikaian hanya dapat diselesaikan
dengan komunikasi, sehingga tidaklah terlalu berlebihan jika dikatakan bahwa
komunikasi adalah obat mujarab bagi segala persoalan. Bila ada seorang pemimpin
yang menghadapi orang yang datang sambil marah-marah, misalnya jika
pemimpin tersebut menanganinya dengan komunikasi yang baik, tutur kata yang
sopan dan lemah lembut, semarah apapun orang tersebut sebelumnya, komunikasi
yang baik akan dapat mengatasi semuanya itu.
Kepemimpinan
memiliki hubungan yang erat sekali dengan komunikasi, bahkan dapat dikatakan
bahwa tiada kepemimpinan tanpa komunikasi. Kemampuan pemimpin dalam berkomunikasi
akan menentukan berhasil tidaknya seorang pemimpin dalam melaksanakan tugasnya.
Setiap pemimpin memiliki pengikut guna merealisir gagasannya dalam rangka
mencapai tujuan tertentu. Disinilah pentingnya
teknikkomunikasi bagi seorang pemimpin, khususnya dalam usaha untuk
mempengaruhi perilaku orang lain. Sebagai seorang pemimpin, Muhammad Saw.
dikenal sebagai komunikator ulung. Beliau berbicara dengan bahasa yang mudah
dimengerti sesuai kadar intelektualitas dan lingkup pengalaman orang yang
dihadapinya. Dalam teori komunikasi itu disebut sebagai frame of reference
(kerangka dasar ilmu pengetahuan) dan field of experience (lingkup
pengalaman). Jauh sebelumnya, yakni berabad yang lalu, Muhammad Saw. sudah
menganjurkan kepada para sahabat tentang pentingnya kedua faktor itu dalam
menjalin komunikasi yang efektif.
Sebuah
hadis yang diriwayatkan Bukhari mengungkapkan Muhammad Saw.bersabda “Ajaklah
mereka berbicara sesuai dengan apa yang mereka ketahui”, inilah yang disebut field
of experience. Sedangkan pada sebuah hadis lain yang diriwayatkan
Ad-Dailami, Muhammad Saw. bersabda “Aku diperintahkan untuk berbicara dengan
manusia sesuai dengan kadar kemampuan berfikir mereka”, inilah yang
diistilahkan field of reference. Untuk menghindari terjadinya distorsi
atau salah pengertian yang merupakan hambatan komunikasi, Muhammad Saw. selalu
berbicara dengan tenang dan jelas. Istri beliau, Aisyah, menceritakan, “Rasulullah
tidaklah berbicara seperti yang biasa kamu lakukan (yaitu berbicara dengan nada
cepat). Namun beliau berbicara dengan nada perlahan dan dengan perkataan yang
jelas dan terang lagi mudah dihafal oleh orang yang mendengarnya.”(HR.Abu
Daud). Dalam kesempatan lain Aiysah juga berkata, “Tutur kata Rasulullah sangat
teratur, untaian demi untaian kalimat tersusun dengan rapi, sehingga mudah
dipahami oleh orang yang mendengarkannya.”(HR.Abu Daud) Bahkan
Muhammad Saw sering melakukan penegasan dengan menaikkan nada (affirmation) dan
pengulangan (repetition) agar ucapannya dapat dimengerti dengan baik. Sebagaimana
diriwayatkan, Anas bin Malik mengatakan: “Rasulullah sering mengulangi
perkataannya tiga kali agar dapat dipahami. Sebagaimana hadist berikut :
عن انس عن النبي
صلي الله عليه وسلم انه كان اذ سلم سلم ثلاثا واذا تكلم بكلمة اعاد ها ثلاثا
Artinya : Bersumber dari Anas ra, dari Nabi
SAW. bahwasanya apabila beliau memberi salam kepada mereka beliau salam tiga
kali, dan apabila mengatakan sesuatu perkataan beliau mengulanginya tiga kali.
(HR. Bukhari ).
Dalam hadist yang senada
dikemukakan ;
عن انس عن النبي
صلي الله عليه وسلم انه كان اذا تكلم بكلمة اعاد ها ثلاثا حتى تفهم عنه واذا اتى على
قوم فسلم عليهم سلم عليهم ثلاثا
Artinya : Bersumber dari Anas ra, dari Nabi
SAW. bahwasanya apabila beliau mengatakan sesuatu perkataan beliau
mengulanginya tiga kali sehingga dipahami, dan apabila beliau datang pada suatu
kaum maka beliau memberi salam kepada
mereka salam tiga kali (HR. Bukhari )[3].
Sebagai
seorang komunikator, Muhammad Saw terbukti memiliki dua faktor penting yang
harus ada pada komunikator yakni kepercayaan audiens/lawan bicara kepada
komunikator (source credibility) dan daya tarik komunikator (source
attraction). Dalam komunikasi, beliau tidak hanya mengandalkan bahasa
verbal, tetapi juga melalui bahasa tubuh (body language), bahasa
imajerial, bahasa isyarat dan berbagai bahasa non-verbal lainnya[4]. Hasan
bin Ali meriwayatkan secara lengkap betapa menarik dan santunnya Muhammad Saw.
dalam berinteraksi antar sesama. Hasan bin Ali berkata “Saya pernah bertanya
kepada pamanku, Hindun Ibn Abi Halah, yang sangat pandai menggambarkan sesuatu.
Saya katakan kepadanya, ‘Gambarkanlah kepadaku bagaimana cara Rasulullah
berbicara!?’ Ia berkata, ‘Rasulullah adalah seorang yang tampak selalu prihatin
dan senantiasa berpikir. Beliau lebih banyak diam, dan berbicara seperlunya.
Beliau memulai dan mengakhiri pembicaraannya dengan menyebut nama Allah. Ucapan
beliau selalu padat, detail, dan jelas, tidak lebih dan tidak kurang, tidak
kasar serta tidak merendahkan. Beliau selalu mensyukuri nikmat walaupun sedikit
dan sama sekali tidak pernah mencelanya. Beliau tidak mencela dan memuji
makanan.Urusan dunia beserta isinya tidak pernah membuat beliau marah. Jika
kebenaran dilanggar, beliau tidak akan diam hingga kebenaran itu ditegakkan.
Beliau juga tidak pernah marah dan tidak pula memperjuangkan kepentingan
pribadi. Ketika menunjuk sesuatu, beliau selalu menggunakan seluruh telapak
tangannya. Dalam keadaan takjub atau terkejut,
beliau selalu membalik (telapak tangan). Ketika berbicara, beliau terbiasa
menggunakan tangan untuk memperjelas perkataan dengan caramemukul-mukulkan
telapak tangan kanan ke telapak jempol kiri. Ketika marah, beliau berbalik dan
berpaling.Ketika senang, beliau menundukkan pandangan.Tawa beliau adalah
senyuman, dan gigi beliau tampak seperti butiran salju.”(HR.Tirmidzi)
B. Pengertian Teknik Komunikasi
Suatu
ketika Rasulullah SAW bersabda, "Apa yang aku larang untuk kalian, maka
tinggalkanlah, dan apa yang aku perintahkan kepada kalian, maka laksanakan
sesuai dengan kemampuan kalian. Sesungguhnya yang membinasakan orang-orang
sebelum kalian adalah banyaknya pertanyaan dan perselisihan terhadap para nabi
mereka." (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Abdurrahman bin Shakr
RA).
Apa
yang dapat kita tangkap dari hadis ini? Semua pasti sepakat bahwa hadis ini
sangat luar biasa. Redaksinya begitu singkat, tapi padat maknanya dan amat luas
konsekuensinya. Tak salah pula bila kita mengatakan bahwa hadis ini adalah
poros dalam Islam. Betapa tidak, di dalamnya tercakup dua cakupan Islam, yaitu
perintah -- untuk menaati Allah dan Rasul-Nya -- dan larangan, yaitu untuk
menjauhi apa yang dilarang Allah dan Rasul-Nya. Inilah sebuah teknik komunikasi
yang dperagakan oleh Rasulullah.
Menurut
istilah teknik komunikasi adalah proses penyampaian informasi dari satu pihak
ke pihak lain agar terjadi interaksi diantara keduanya untuk menyelesaikan
suatu masalah dengan menggunakan media komunikasi. Menurut Effendi teknik komunikasi[5]dapat
diklasifikasikan menjadi :
1. Komunikasi informatif (informative communication)
Informative
communication adalah suatu pesan yang disampaikan kepada seseorang atau
sejumlah orang tentang hal-hal baru yang diketahuinya. Teknik ini berdampak
kognitif pasalnya komunikan hanya mengetahui saja. Seperti halnya dalam
penyampaian berita dalam media cetak maupun elektronik, pada teknik informatif
ini berlaku komunikasi satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat
umum, medianya menimbulkan keserempakan, serta komunikannya heterogen. Biasanya
teknik informative yang digunakan oleh media bersifat asosiasi, yaitu dengan
cara menumpangkan penyajian pesan pada objek atau peristiwa yang sedang menarik
perhatian khalayak[6].
Kendatipun
demikian teknik informatif ini dapat pula berlaku pada seseorang, seperti
halnya kajian ilmu yang diberikan oleh dosen kepada mahasiswa, namun bersifat
relatif, pasalnya pada kajian ilmu tertentu, sedikit banyak telah diketahui
oleh mahasiswanya.
2. Komunikasi persuasif
(persuasive communication )
Komunikasi
Persuasif (Persuasive Communication) adalah proses penyampaian pesan oleh
seseorang kepada orang lain agar berubah sikapnya, opininya dan tingkah lakunya
dengan kesadaran sendiri. Istilah “Persuasi”, berarti membujuk atau merayu.
Jadi komunikasi persuasive adalah komunikasi yang mengandung bujukan atau rayuan[7].
Komunikasi
persuasif bertujuan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku komunikan
yang lebih menekan sisi psikologis komunikan. Penekanan ini dimaksudkan untuk
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, tetapi persuasi dilakukan dengan
halus, luwes, yang mengandung sifat-sifat manusiawi sehingga mengakibatkan
kesadaran dan kerelaan yang disertai perasaan senang. Agar komunikasi persuasif
mencapai tujuan dan sasarannya, maka perlu dilakukan perencanaan yang matang
dengan mempergunakan komponen-komponen ilmu komunikasi yaitu komunikator,
pesan, media, dan komunikan. Sehingga dapat terciptanya pikiran, perasaan, dan
hasil penginderaannya terorganisasi secara mantap dan terpadu. biasanya teknik
ini afektif, komunikan bukan hanya sekedar tahu, tapi tergerak hatinya dan
menimbulkan perasaan tertentu.
Komunikasi persuasif akan sangat efektif
terjadi apabila adanya pengurangan disonansi. Tetapi sebaliknya apabila
disonansi itu ditingkatkan maka komunikasi persuasif kemungkinan akan tidak
efektif. Dan komunikasi persuasif itu sangat memerlukan pemahaman dari seorang
komunikator. Persuasif juga merupakan sesuatu atau semacam tipuan yang sangat
meyakinkan. Dalam kamus besar persuasif diartikan komunikasi yang bersifat
membujuk secara halus (supaya menjadi yakin) hanya dengan cara pendekatan itu dilakukan.
Sedangkan arti persuasi adalah bujukan halus, ajakan seseorang dengan cara
memberikan alasan dan prospek bauk yang meyakinkannya
3. Komunikasi pervasif
(pervasive communication)
Pervasif
dapat diartikan merembas atau meresap. Yakni komunikasi yang sifatnya bisa
membuat seseorang dapat merasakan dan meresapi suatu komunikasi yang dihadapi
pada waktu itu dan pada waktu tertentu. Sehingga orang tersebut dapat teringat
secara terus menerus karena komunikasi yang didapat sudah menempel dan meresap
pada otak atau fikirannya.
4. Komunikasi koersif
(coercive communication)
Komunikasi
koersi adalah teknik komunikasi berupa perintah, ancaman, sangsi dan lain-lain
yang bersifat paksaan, sehingga orang-orang yang dijadikan sasaran (komunikan)
melakukannya secara terpaksa, biasanya teknik komunikasi seperti ini bersifat
fear arousing, yang bersifat menakut-nakuti atau menggambarkan resiko yang
buruk. Serta tidak luput dari sifat red-herring, yaitu interes atau muatan kepentingan
untuk meraih kemenangan dalam suatu konflik ,perdebatan dengan menepis
argumentasi yang lemah kemudian dijadikan untuk menyerang lawan. Bagi seorang
diplomat atau tokoh politik teknik tersebut menjadi senjata andalan dan sangat
penting untuk mempertahankan diri atau menyerang secara diplomatis[8].
5. Komunikasi instruktif
(instructive communication)
Instruktif
adalah suatu perintah yang bersifat mengancam. Tetapi ancamannya itu mengandung
suatu yang dapat menjadikan seseorang itu untuk melakukan perintahnya.
Instruktif bersifat memerintah, nasihat-nasihatnya bergaya. Sedangka yang
dimaksud dengan instruksi adalah perintah atau arahan (untuk melakukan suatu
pekerjaan atau melakukan suatu tugas, dan merupakan pelajaran dan petunjuk[9].
6. Hubungan manusiawi (human
relation)
Hubungan
manusiawi merupakan terjemahan dari human relation. Adapula yang mengartikan
hubungan manusia dan hubungan antar manusia, namun dalam kaitannya hubungan
manusia tidak hanya dalam hal berkomunikasi saja, namun didalam pelaksanaannya
terkandung nilai nilai kemanusiaan serta unsur-unsur kejiwaan yang amat
mendalam. Seperti halnya mengubah sifat, pendapat, atau perilau seseorang. Jika
ditinjau dari sisi ilmu komunikasi hubungan manusia ini termasuk kedalam
komunikasi interpersonal, pasalnya komunikasi yang berlangsung antara dua orang
atau lebih dan bersifat dialogis[10].
Hubungan
manusia pada umumnya dilakukan untuk menghilangkan hambatan-hambatan
komunikasi, meniadakan salah pengertian dan mengembangkan tabiat manusia. Untuk
melakukan hubungan manusia biasanya digunakan beberapa teknik pendekatan yaitu
pendekatan emosional (emosional approach) dan pendekatan social budaya (sosio-cultur
approach).
Adapun
teknik dalam hubungan manusiawi ini dapat dilakukan untuk menghilangkan hambatan-hambatan
komunikasi, meniadakan salah pengertian, dan mengembangkan segi konstruktif
sifat tabiat manusia. Demikian yang di katakan R.F.Maier dalam bukunya,
principle of human relations .
Dalam derajat intensitas yang tinggi, hubungan
manusiawi dilakukan untuk menyembuhkan orang yang menderita frustasi. Seseorang
yang menderita frustasi dapat dilihat dari tingkah lakunya, ada yang suka
merenung murung, lunglai tak berdaya, putus asa, mengasingkan diri, mencari
dalih untuk menutupi ketidak mampuannya, mencari kopensasi, berfantasi, atau
bertingkah laku kekanak-kanaan. Maka disinilah pentingnya peranan hubungan
manusiawi. Dan dia harus mampu membawa penderita dari problem situation kepada
problem solving behavior.
Dalam
kegiatan hubungan manusiawi ada cara atau teknik yang bisa digunakan untuk
membantu mereka yang menderita frustasi, yakni apa yang disebut counseling
(karena tidak ada perkataan bahasa indonesia yang tepat, dapat diindonesiakan
menjadi konseling). Yang bertindak sebagai konselor (counselor) bisa pimpinan
organisasi, kepala humas, atau kepala-kepala lainnya (kepala bagian, seksi, dan
lain-lain). Tujuan konseling ialah membantu konseli (counselee), yakni karyawan
yang menghadapi masalah atau yang menderita frustasi, untuk memecahkan masalahnya
sendiri atau mengusahakan terciptanya suasana yang menimbulkan keberanian untuk
memecahkan masalahnya.
Dalam
kegiatan hubungan manusiawi terdapat dua jenis konseling, bergantung pada
pendekatan (approach) yang dilakukan. Ada dua jenis konseling adalah directive
counseling yaitu :
a. Directive
counseling atau konseling langsung kadang-kadang disebut juga counselor
centered approach, yakni conseling yang pendekatannya terpusat pada konselor.
Dalam teknik konselor seperti ini aktifitas utama terletak pada konselor.
Pertama-tama konselor berusaha agar terjadi hubungan yang akrab sehingga
konseli menaruh kepercayaan kepadanya. Selanjutnya ia mengajukan
pertanyaan-pertanyaan dalam rangka mengumpulkan informasi. Informasi yang
diperolehnya itu berusaha memehami masalah yang memberati konseli.
Untuk
mengetahui diagonisnya yang tepat, konselor harus memahami fakta masalah yang
berhubungan dengan masalah itu. Jika konseli mengemukakan kesulitannya,
konselor harus merasa pasti bahwa itulah masalah yang dihadapi oleh konseli.
Konselor harus benar-benar mengerti mengenai informasi yang diperolehnya itu
sehingga dapat melakukan interprestasi. Haya bila ia mengerti dan dapat
melakukan interprestasi, ia akan dapat memberikan nasihat dan sugesti kepada
konseli. Syarat sugesti ialah kepercayaan. Konseli akan kena sugesti kalau ia
menaruh kepercayaan kepada konselor ; kalau konselor mempunyai kelebihan
pengalaman dan pengetahuan dari pada konseli, dan bila tingkah laku konselor
tidak konselor.
b. Non-directive
counseling atau konseling tidak langsung disebut juga counselee centered
aproach, pendekatan yang terpusat kepada konseli. Jenis ini dapat digunakan
oleh konselor yang tidak memiliki pengetahuan mendalam mengenai pesikologi.
Dibanding dengan counselor centered approach counseling yang tradisional itu, counselee centered
aproach counseling lebih ampuh dalam membantu seseorang yang menderita
frustasi. Dalam konseling jenis ini, aktifitas utama terletak pada pihak
konseli, sedangkan konselor hanya berusaha agar konseli merasa mudah memimpin
dirinya sendiri. Konseli dibantu untuk merasa dirinya bebas untuk menyatakan
isi hatinya, dan sebagainya.
C. Hadist yang berkaitan dengan teknik komunikasi
1.Teks
Hadist
وحَدَّثَنِي
مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ عَبْدِ الْمَجِيدِ
عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ
قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا خَطَبَ
احْمَرَّتْ عَيْنَاهُ وَعَلَا صَوْتُهُ وَاشْتَدَّ غَضَبُهُ حَتَّى كَأَنَّهُ
مُنْذِرُ جَيْشٍ يَقُولُ صَبَّحَكُمْ وَمَسَّاكُمْ وَيَقُولُ بُعِثْتُ أَنَا
وَالسَّاعَةُ كَهَاتَيْنِ وَيَقْرُنُ بَيْنَ إِصْبَعَيْهِ السَّبَّابَةِ
وَالْوُسْطَى وَيَقُولُ أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ
وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ
بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ ثُمَّ يَقُولُ أَنَا أَوْلَى بِكُلِّ مُؤْمِنٍ مِنْ نَفْسِهِ
مَنْ تَرَكَ مَالًا فَلِأَهْلِهِ وَمَنْ تَرَكَ دَيْنًا أَوْ ضَيَاعًا فَإِلَيَّ
وَعَلَيَّ...
Artinya: Muhammad bin al-Matsna menceritakan kepada saya, Abdul
Wahhab bin Abdul Majid menceritakan kepada kami, dari Ja’far bin Muhammad, dari
bapaknya dari Jabir bin Abdullah dia berkata: Apabila berpidato merah
menyala matanya, lantang suaranya dan bersangatan marahnya, sehingga
seolah-olah Baginda seorang pemberi amaran yang menyatakan kepada angkatan
tentera (tentang kedatangan musuh) dengan katanya: Bahawa musuh akan
datang menyerang kamu pada pagi-pagi hari dan (mungkin) pada waktu petang!;
serta Baginda bersabda: "(Masa) aku diutuskan dan masa berlakunya qiamat
seperti dua jari ini," lalu Baginda menyatukan kedua jari tangannya - jari
telunjuk dan jari tengah, serta baginda bersabda lagi: "(Ketahuilah)
selain dari itu, maka sebenar-benar perkataan ialah kitab Allah dan sebaik-baik
jalan pimpinan ialah jalan pimpinan Muhammad (s.a.w) dan (sebaliknya) sejahat-jahat
perkara ialah perkara-perkara baharu (yang) diada-adakan dalam agama), sedang
tiap-tiap perkara baharu (yang diada-adakan dalam agama) itu adalah bid'ah dan
tiap-tiap bid'ah itu sesat". Kemudian Baginda bersabda lagi: "Aku
adalah berhak menolong tiap-tiap seorang mukmin lebih daripada ia menolong
dirinya sendiri, siapa yang meninggalkan harta benda maka itu adalah untuk
waris-warisnya dan siapa yang meninggalkan hutang atau orang yang kehilangan
tempat bergantung maka berserahlah kepadaku menjaganya atau akulah yang
menanggung hutangnya".)[11]
2.
Contoh salah satu skema sanad hadis
كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا خَطَبَ احْمَرَّتْ
عَيْنَاهُ وَعَلَا صَوْتُهُ وَاشْتَدَّ غَضَبُهُ حَتَّى كَأَنَّهُ مُنْذِرُ
جَيْشٍ يَقُولُ صَبَّحَكُمْ وَمَسَّاكُمْ وَيَقُولُ بُعِثْتُ أَنَا
وَالسَّاعَةُ كَهَاتَيْنِ وَيَقْرُنُ بَيْنَ إِصْبَعَيْهِ السَّبَّابَةِ
وَالْوُسْطَى وَيَقُولُ أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ
اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا
وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ ثُمَّ يَقُولُ أَنَا أَوْلَى بِكُلِّ مُؤْمِنٍ
مِنْ نَفْسِهِ مَنْ تَرَكَ مَالًا فَلِأَهْلِهِ وَمَنْ تَرَكَ دَيْنًا أَوْ
ضَيَاعًا فَإِلَيَّ وَعَلَيَّ...
|
جَابِرِ
|
أَبِيهِ
|
جَعْفَرِ
|
عَبْدُ الْوَهَّابِ بِشْرٍ
|
مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى
|
مسلم
|
3. Kualitas Sanad- Matan Hadis dan Asbabul Wurud
a. Muslim.
Nama
lengkapnya
adalah: Muslim ibn al-Hajjaj ibn Muslim
al-Qusyairii, Abu al-Husain al-Naisaburi. Dia lahir di Naisaburiy pada tahun
204 H,[12] namun ada yang menyebutnya lahir pada tahun
206 H. Imam Muslim Wafat pada tanggal 25 Rajab 261 H di Nashar Abad salah satu perkampungan di Naisabur. Guru-gurunya
adalah : Al-Qa’nabiy, Ahmad ibn Yunus. Daud ibn ‘Amrin al-Dabbiy, Yahya ibn Yahya al-Naisaburiy,
al-Haitsam ibn Kharijah, Sa’id ibn Mansur. Harmalah bin Yahya bin
Abdillah bin Harmalah. dan sejumlah ulama lainnya. Murid-muridnya: Al-Turmuzy, Abu Fadl Ahmad Ibn Salamah, Ibrahim ibn Abi
Thalib, Ibn Khuzaimah dan lain-lain. Pandangan Kritikus Hadis: Muhammad ibn Abd
al-Wahhab al-Farra’ berkata: Muslim adalah. Maslamah ibn Qasim mangatakan Tsiqat.Ibn
Abi Hatim mengatakan: Tsiqat. Bindar berkata :
Hafiz itu ada 4, yaitu Abu Zur’ah, Muhammad ibn Ismail, Addarimiy, dan Muslim. Ibnu
al-Akram mengatakan: Muslin adalah termasuk tiga ulama hadis yang terkenal
selain Muhammad ibnu Yahya dan Ibrahim ibnu Abi Thalib.Ibnu Hajar: Imam Muslim
adalah seorang tsiqat hafiz, seorang imam penyusun kitab hadis dan
seorang ‘alim dalam bing fiqh. [13]
b. Muhammad bin
al-Matsna.
Nama
lengkapnya: Muhammad bin al-Matsni bin Ubaid. Termasuk Kibar Tabiin, menetap
di Basrah dan meninggal tahun 252 H. Guru-gurunya: Ibrahim bin Ismail
bin Isa, Bakar bin Isa, Khalid bin al-Harts, Abdul Wahhab bin Abdul Majid dan lain-lain.
Murid-muridnya: Muhammad bin al-Matsni bin Ubaid salah seorang guru dari
para ulama hadis seperti Bukhari, Muslim, Nasaai, Abu Daud, Tirmizi, Ahmad dan
lain-lain. Pandangan Kritikus Hadis: Al-Dzahabi: Tsiqah.
Abu Hatim: Hujjah. Al-Khatib
mengatakan dia adalah: Tsiqah lagi Tsabat.
c. Abdul Wahhab
Nama
lengkapnya:
Abdul Wahhab bin Abdul Majid. Termasuk kelompok pertengan dari kalangan
Tabiin. Menetap di Basrah dan meninggal di Basroh tahun 194 H. Guru-gurunya: Ishaq bin Ali bi Tamimah.
Ja’far bin Abdullahm Majid, Habib bin Abi Qaribah, Al-Husin bin Zakwan, Khalid
bin Mahran, dan lain-lain. Murid-muridnya: Ibrahim bin Sa’id,
Muhammad al-Mastna, Yahya bin akim dan lain-lain. Pandangan Kritikus Hadis : Yahya bin Sa’id: dia Tsiqah. Muhammad
bin Said, : Tsiqah,.Ibnu Husain’ Ibnu Hibban: Tsiqah.
d. Ja’far.
Nama
lengkapnya: Ja’far bin
Muhammad bin Ali bin al-Husaini. Lama tinggal di Madinah dan meninggal tahun
148 H. Guru-gurunya: ‘Atha’ bin abi rabh, Muhammad bin Ali, Al-Hasan bin
Yazid, Abdul Wahhab bin Abdul Majid dan lain-lain. Murid-muridnya:Ismail bin Ja’far,
Al-Hasan bin Saleh, Daud bin ‘Atha’ dan lain-lain. Pandangan
Kritikus Hadis: Al-Syafi’I
menngatakan dia adalah tsiqah. Yahya bin Main: tsiqah. Abu Hatim:
tsiqah.
e. Abihi/
Nama
lengkapnya: Muhammad bin
Ali bin al-Husain bin Ali bin Abi Thalib, tinggal di Madinah dan meninggal
tahun 114 H. Guru-gurunya: Harmalah,
Sa’id bin Malik, Jabir bin
Abdullah bin Umar bin Hazmin, dan lain-lain. Murid-muridnya: Jabir bin Yazid, Ja’far bin Muhammad, Hajjaj bin Arthah dan
lain-lain. Pandangan Kritikus Hadis: Al-‘Ajali
mengatakan dia adalah tsiqah. Ibnu Hibban: dia tsiqah.
f. Jabir bin
Abdullah.
Nama lengkapnya : Jabir bin Abdullah bin Umar bin Hazmin.
Beliu termasuk sahabat nabi yang tergolng kaum Anshar. Beliau mempunyai Kuniyah
Abu Abdullah, menetap di Madinah dan wafat tahun 78 H. Guru-gurunya:
Diantara guru-gurunya adalah Ibnu
Ka’ab, Al-Haris bin Rabi’i, Abdur Rahman bin Sa’ad, Mu’adz bin Jabal, Ummu
Malik dan lain-lain. Murid-muridnya: Ibrahim bin Abdur Rahman, Sufyan bin Zaid,
Urwah bin Ruwaim, Muhammad bin Muslim. Al-Jarh wa al-Ta’dil:
Jabir bin Abdullah bin Umar bin Hazmin merupakan sahabat nabi dari kalangan
Anshar, maka tidak perlu diragukan keadilan dan ke tsiqahannya. Bahkan
tingkatannya sangat tinggi.
Setelah
memperhatikan uraian sanad hadis Jabir
bin Abdullah yang ditakhrij oleh Imam Muslim maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
§
Kalau diperhatikan dari segi kwalitas pribadi dan kapasitas
intelektual para perawinya, dapat dinyatakan bahwa seluruh perawi yang
meriwayatkan hadis tersebut adalah Tsiqat dan maqbul.
§
Kemudian kalau dilihat dari segi hubungan periwayatan antara
satu perawi dengan perawi yang lainnya, maka seluruh sanad hadis tersebut
adalah bersambung/ muttasil
§
Dari
lambang-lambang periwayatan hadis, sebahagian perawi mempergunakan lambangحَدَّثَنَا yang menunjukkan ia memperoleh
hadis secara langsung dan dengan metode mendengarkan/ السمع namun sebagian lagi mempergunakan
lambang عن sehingga karenanya hadis tersebut
dikategorikan sebagai hadis معنعـن
. Hadis معنعـن
diperselisihkan ulama ketersambungan sanadnya.[14]
Walaupun demikian kalau diperhatikan kwalitas pribadi para perawinya dan
hubungan masing –masing perawi dengan perawi sebelumnya maka seluruh sanadnya
dapat dibuktikan dalam keadaan bersambung.
Atas dasar tersebut diatas, dapat dirumuskan
kesimpulan akhir tentang status sanad hadis Abu Hurairah dan hadis Anas
bin Malik di atas, bahwa sanadnya memenuhi kriteria Hadis Sahih, dan
karenanya dapat dihukumkan bahwa hadis tersebut dari segi sanadnya adalah shahih
li dzatihi.
4. Relevansi
Hadis dengan Teknik Komunikasi
Matan
hadis yang diriwayatkan Imam Muslim di atas yang secara spesifik mengungkapkan
teknik komunikasi yang terdapat pada kata (احْمَرَّتْ عَيْنَاهُ) yang artinya merah menyala
matanya, (وَعَلَا صَوْتُهُ), lantang suaranya dan (وَاشْتَدَّ غَضَبُهُ) bersangatan marahnya. Merah menyala matanya merupakan salah satu
bahasa tubuh terkait dengan ekspresi wajah seseorang kepada orang lain.
Ekspresi wajah berupa merah menyala matanya tersebut menampakkan keadaan
seseorang yang sangat serius, sehingga orang lain akan mencurahkan perhatiannya
dengan sungguh-sungguh. Lantang suaranya merupakan sebuah penekanan intonasi
untuk menggerakkan orang lain akan pentingnya informasi yang disampaikan,
sehingga membutuhkan kesiapan untuk menjalankan apa yang di instruksikan dari
informasi yang disampaikan. Dan bersangatan marahnya menunjukkan akan
pentingnya apa yang disampaikan dari yang memiliki kekuasaan dan kekuatan,
sehingga apa yang disampaikan benar-benar sangat penting dan harus dikerjakan
sesuai dengan apa yang disampaikan dan sekaligus bermanfaat untuk orang lain
untuk memberi keyakinan yang mendalam.
Apa yang dapat kita tangkap dari hadis ini, Semua pasti sepakat bahwa hadis ini sangat
luar biasa. Redaksinya begitu padat maknanya dan amat luas konsekuensinya. Tak
salah pula bila kita mengatakan bahwa hadis ini adalah poros dalam Islam.
Betapa tidak, di dalamnya tercakup dua cakupan Islam, yaitu perintah -- untuk
menaati Allah dan Rasul-Nya -- dan larangan, yaitu untuk menjauhi apa yang
dilarang Allah dan Rasul-Nya. Berkaitan dengan hadis tersebut Imam Nawawi berkata, "Hadis ini
merupakan dasar-dasar Islam yang sangat penting". Ibnu Hajar Al-Haitami
pun memberikan komentar, "Hadis ini adalah hadis yang sangat luar biasa karena merupakan dasar agama dan bagian rukun
Islam. Karena itu, sebagai seorang Muslim hadis ini patut kita hapalkan, kita
perhatikan, dan kita maknai kandungannya.
D. Penutup
Mengapa
Rasulullah SAW mampu menjadi seorang komunikator yang baik? Ada tiga rahasia
kesuksesan komunikasi beliau. Pertama, adanya kefasihan dan bicara (fashahah)
yang bersumber dari kecerdasan beliau sebagai utusan Allah (fathanah). Setiap
Rasul, dalam menyampaikan ajarannya, harus menghadapi perdebatan dengan
orang-orang yang menentangnya, harus menjawab pertanyaan para pengikutnya yang
beraneka ragam, atau menghadapi pemikiran dan pelecehan para penyebar
keragu-raguan. Karena itu, kecerdasan, kekuatan argumen, serta kefasihan
berbicara setiap Rasul harus melebihi siapa pun dari kaum yang didatanginya.
Kalau tidak memiliki kualitas seperti ini, semua yang disampaikannya walaupun
benar akan mudah dipatahkan dan diingkari.
Rasulullah
SAW diutus pada suatu kaum yang sangat mengagungkan kehebatan merangkai kata. Rasulullah
SAW pun diutus tidak pada satu golongan manusia. Beliau diutus pada suatu kaum
yang memiliki latar belakang ilmu, status sosial, dan spesialisasi yang
berbeda-beda. Di antara mereka ada tokoh agama, ahli politik, ahli ekonomi,
ahli hikmah, pedagang, peternak, orang kaya, fakir miskin, budak belian, dan
lainnya. Semuanya harus diberi argumen agar bisa menerima Islam. Jika
Rasulullah SAW bukan manusia paling cerdas, paling luas wawasannya, dan paling
jelas juga paling fasih bicaranya, tidak mungkin beliau bisa melakukan semua
itu. Allah SWT menegaskan hal ini dalam QS An-Nisaa' ayat 165: ''(Mereka kami utus) selaku
rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar tidak ada alasan
bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya Rasul-Rasul itu. Dan Allah
Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.''
Kedua,
karena bayan atau ajaran yang Beliau sampaikan mengandung kebenaran mutlak.
Secerdas apa pun orang dan sefasih apa pun ia berbicara, tidak akan bernilai
dan tahan lama bila yang diungkapkannya tidak mengandung kebenaran. Salah satu
kesuksesan dakwah Rasulullah SAW adalah kesempurnaan ajaran yang dibawanya.
Ajaran yang tidak benar (tidak sempurna), argumennya tidak akan jelas, lemah,
dan selalu mentah. Ajaran yang dibawa Rasul sangat sempurna dan "multimanfaat".
Ia bisa diterima semua kalangan, masuk akal, menenangkan, dan tidak
dibuat-buat. Banyak cerdik pandai yang mencari-cari kelemahan ajaran Rasulullah
SAW, dan sebanyak itu pula mereka gagal menemukannya.
Ketiga,
semua kata-kata Rasulullah SAW keluar dari hati yang bersih (qalbun saliim);
hati yang penuh kasih sayang, hati yang damai, dan bersih dari kotoran dosa.
Tak heran bila kata-kata beliau memiliki "ruh" yang bisa melembutkan
hati sekeras batu. Kepintaran, kefasihan bicara, dan kebenaran ajaran, hanya
akan menyentuh aspek akal. Hati hanya bisa disentuh dengan kata-kata yang
keluar dari hati yang bersih pula.
Daftar Pustaka
Al Qur’an
Kutub al-Tis’ah : Program Digital
Al-Hafiz al-Syaikh Syihab al-Din Abi al-Fadl Ahmad bin ‘Ali
Ibn Hajar al-‘Asqolaniy, Tahdzib
al-Tahdzib, Beirut, Juz Daar Shadir, 1417 H/1997,Juz 10
Jalaluddin Rahmat, “Pemahaman Hadis: Perspektif Historis” dalam
Al-Hikmah Jurnal Studi-Studi Islam, Bandung: Yayasan Muthahhari, 17 Vo;.VII
/ Tahun 1996
Joseph
A. Devito, Komunikasi Antar Manusia, Jakarta, Profesional Books, 1997
Johannessen, R.L., Ethics in Human Communications, 1983.
Nawir Yuslem, Metodologi Penelitian Hadis, Teori dan
Inplementasinya dalam Penelitian Hadis, Citapustaka Media Perintis,
Bandung, 2008
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, Bandung : Remaja
Rosydakarya, 1992
--------------------, Human Relations & Public Relations,
Bandung, Remaja Rosdakarya, 2003
Umairul Ahbab Baiquni dan Achmad Sunarto, Terjemah Hadist Shahih Bukhari, Bandung : Husaini, 1417/1997
[1]. Joseph A. Devito, Komunikasi Antar Manusia,
(Jakarta, Profesional Books, 1997 ), hal.429
[2]. Johannessen, R.L., Ethics in Human
Communications, 1983.
[3].
Umairul Ahbab Baiquni dan Achmad Sunarto, Terjemah Hadist Shahih Bukhari, ( Bandung : Husaini, 1417
), h. 100
[4].
Jalaluddin Rahmat, “Pemahaman Hadis: Perspektif Historis” dalam Al-Hikmah
Jurnal Studi-Studi Islam, (Bandung: Yayasan Muthahhari, 17 Vo;.VII / Tahun
1996), hlm. 21-31
[5].
Onong Uchjana Effendy, Human Relations & Public Relations, (Bandung,
Remaja Rosdakarya, 2003), h:55
[6]
Joseph A. Devito, Komunikasi Antar Manusia, (Jakarta, Profesional Books,
1997 ), hal.429
[7].
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, ( Bandung : Remaja
Rosydakarya, 1992), hal.21
[8]. Onong Uchjana Effendy, 1992, h. 21
[9]. Ibid. h. 25
[10].
Ibid, h. 211
[11] Kutub al-Tis’ah: Program Digital, (HR.
Muslim. No. 1435. Pada Bab. Fi Takhfif al-Shalah)
[12] Al-Hafiz al-Syaikh Syihab al-Din Abi
al-Fadl Ahmad bin ‘Ali Ibn Hajar
al-‘Asqolaniy, Tahdzib al-Tahdzib,
Beirut, Juz Daar Shadir, Juz, 10, t. 1417 H/ 1997. h. 126.
[13] . Tahzib al-Tahzib, Juz, 10, h,
129.
[14] Nawir Yuslem, Metodologi Penelitian Hadis,
Teori dan Inplementasinya dalam Penelitian Hadis, Citapustaka Media
Perintis, Bandung, t, 2008, h, 68.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar