CRITICAL
REVIEW BUKU
ADMINISRATIVE
BEHAVIOR : A STUDY OF DECISION-MAKING
PROCESSES IN ADMINISTRATIVE ORGANIZATIONS
BY : Herbert Alexander Simon-1947
Fourth Edition, The Free Press, New York, 1997.
A. Pendahuluan
Buku Adminisrative Behavior merupakan buku yang
ditulis pertama kali oleh Herbert Alexander Simon pada tahun 1947. Buku ini
hasil disertasi Simon pada program Doktor di Universitas Chicago. Apa yang
dibahas oleh Herbert dalam buku ini telah menempatkannya sebagai pelopor dari
positivisme logis dalam kajian Administrasi Negara[1]. Dalam
sejumlah pemikiran yang dituangkan dalam buku ini, Herbert telah menantang
pekerja pionir penulis Adminintrasi Negara Klasik seperti Frank Goodnow, Luther
Gullick, Leonard White, WE Willoughby dan Lyndal Urwick. Walaupun karyanya
dibangun dengan melandaskan pada karya Chester I Barnard ( The Function of
Executive, 1938), Herbert secara fundamental menggeser lokus dan focus dari
studinya pada satu titik dimana bidang baru Adminintrasi Negara pada saat itu hampir
menghilang dari pandangan kalangan akademisi dan profesional[2]
Makalah singkat ini berusaha untuk memberikan
gambaran mengenai apa yang dituliskan
Simon dalam Buku legendarisnya tersebut. Selain itu, makalah ini juga
diharapkan dapat memberikan sejumlah review kritis terhadap karya Simon
tersebut dengan mengacu pada pandangan dari sejumlah akademisi serta pandangan
dari penulis sendiri. Semoga apa yang disampaikan dalam makalah singkat ini
dapat membawa pembaca kedalam pemahaman yang lebih baik terhadap apa yang
ditulis oleh Simon dalam bukunya tersebut.
B. Ringkasan
Isi Buku
Edisi keempat dari buku Herbert A.
Simon mengenai perilaku Administrasi ini, terdiri dari 11 bab versi asli
ditambah dengan komentar dari setiap bab yang ditulis dalam rangka
mengembangkan dan mengilustrasikan sejumlah tema penting terkait serta untuk
memperkenalkan isu-isu baru yang menjadi minat dan perhatian pada saat itu
(1997). Kesebelas bab dalam buku Simon tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Bab. I : Pembuatan Kebijakan dan Organisasi
Administrasi
Dalam bab ini Simon memberikan pengantar mengenai bagaimana
kebijakan dibuat dan dilaksnakan, pilihan kebijakan dan perilaku, pengaruh
nilai dan fakta dalampembuatan kebijakan, pembuatan kebijakan dalam proses
administrasi, bentuk pengaruh organisasi, serta keseimbangan organisasi.
2.
Bab II : Sejumlah Masalah dariTeori Administrasi
Dalam bab ini Simon mengemukakan pendapat dan kritiknya terkait
implementasi dari prinsip-prinsip administrasi serta pendekatan yang dapat
digunakan dalam teori administrasi.
3.
Bab III : Fakta dan Nilai dalam Pembuatan Kebijakan
Dalam bab ini Simon membahas mengenai perbedaan antara fakta dan
etika, serta kebijakan dan administrasi.
4.
Bab IV : Rasionalitas dalam Perilaku Administrasi
Dalam bab ini Simon membahas mengenai sarana dan tujuan,
alternative dan konsekwensi, nilai dan kemungkinan, serta definisi
rasionalitas.
5.
Bab V :
Psikologi Kebijakan Administrasi
Dalam bab ini Simon membahas mengenai keterbatasan rasionalitas,
tujuan perilaku dari individu, serta integrasi perilaku.
6.
Bab VI : Keseimbangan Organisasi
Dalam bab ini Simon membahas mengenai bujukan,tipe organisasi
peserta, tujuan organisasi sebagai pembujuk, insentif bagi keterlibatan
pegawai, nilai-nilai yang berasal dari ukuran dan pertumbuhan organisasi, serta
keseimbangan dan efisiensi organisasi.
7.
Bab VII : Peranan Kewenangan
Dalam bab ini Simon membahas mengenai kewenangan, penggunaan
kewenangan, kesatuan perintah, organisasi formal dan informal, serta psikologi
dan teori kewenangan.
8.
Bab VIII :
Komunikasi
Dalam bab ini Simon membahas mengenai sifat dan fungsi dari
komunikasi, komunikasi formal dan informal, organisasi khusus untuk komunikasi,
serta pelatihan dan komunikasi.
9.
Bab IX : Kriteria Efisiensi
Dalam bab ini Simon membahas mengenai sifat efisiensi, kritik
terhadap kriteria efisiensi, elemen fakta dan kebijakan, fungsionalisasi dalam
hubungannya dengan efisiensi, serta efisiensi anggaran.
10. Bab X : Loyalitas dan
Identifikasi Organisasi
Dalam bab ini Simon membahas mengenai nilai social versus nilai
organisasi, identifikasi organisasi, serta modifikasi identifikasi melalui
organisasi.
11. Bab XI : Anatomi Organisasi
Dalam bab ini Simon membahas mengenai proses menggabungkan
kebijakan, perencanaan review dalam proses penggabungan kebijakan, sentralisasi
dan desentralisasi, pelajaran untuk teori administrasi, serta peranan
administrator.
Adapun bahasan
yang akan disajikan dalam makalah ini adalah Bab VIII yang berhubungan dengan
komunikasi.
B. Komunikasi
Simon melihat
komunikasi sebagai pusat teori organisasi. Simon berargumentasi bahwa
tanpakomunikasi tidak mungkin ada organisasi karena tidakada kemungkinan
bagikelompok untuk mempengaruhi perilaku individu. Anggota organisasi terkadang
menggunkan komunikasi informal untuk memajukan tujuan pribadi mereka. Dari
prilaku informal fenomena klik bermunculan, yakni kelompok yang membangun
jaringan informal komunikasi dan menggunakan jaringan informal sebagai alat
untuk mengamankan kekuasaan di organisasi. Persaingan antara klik pada
gilirannya dapat mengakibatkan ketegangan umum dalam hubungan social dan
mengalahkan tujuan system komunikasi informal.
Simon menduga bahwa system kelemahan
komunikasi formal dan kegagalan untuk mengamankan koordinasi yang memadai
melalaui system tersebut yang mungkin mendorong perkembangan klik. Banyak
komunikasi dikategorikan sebagai gossip. di banyak organisasi selentingan
mungkin memainkan, secara keseluruhan peran yang konstruktif. Kelemahan
utamanya adalah pertama, bahwa itu menghambat keterbukaan karena ucapan rahasia
mungkin tersebar, dan kedua, bahwa informasi yang dikirim oleh selentingan
sering (sengaja atau tidak sengaja ) tidak akurat. Disisi lain selentingan
adalah berharga sebagai barometer opini public dalam organisasi.
Ada juga hal penting bahwa informasi tidak secara otomatis
mengirimkan dirinya sendiri dari titik asal keseluruh organisasi, individu yang
pertama mendapatkan informasi harus mengirimkan informasi ini. Dalam
mengirimkan informasi anggota organisasi secara alami akan menyadari
konsekwensi transmisinya terhadapmereka. Ketika anggota organisasi percaya
bahwa atasan akan menjadi marah oleh berita itu, berita ini mungkin akan ditekan.
Oleh karena itu informasi cenderung akan dikirim keatas dalam organisasi hanya
jika transmisi tidak akan memiliki konsekwensi yang tidakmenyenangkan bagi
pemancarnya, atasan akan mendengar itu pula darisaluran lainnya ( dan lebih
baik untuk memberitahu dulu atasan), atau informasi bahwa kebutuhan atasan
dalam berurusan dengan para pemimpin perusahaan, dan atasan tidak akan merasa
senang jika tertangkap tanpa informasi.
Selain itu sering terjadi kegagalan untuk mengirimkan informasi
keatas hanya karena bawahan tidak dapat membayangkan secara akurat kebutuhan
informasi atasan mereka. Sebuah masalah komunikasi utama, maka dari tingkat
yang lebih tinggi dari hirarki organisasi adalah bahwa banyak informasi yang
relevan untuk keputusan pada tingkat ini berasal di tingkat bawah dan mungkin
tidak mencapai tingkat yang lebih tinggi kecuali eksekutif luar biasa waspada.
Simon juga mengatakan bahwa ada masalah sebaliknya yang timbul ketika atasan
menahan sebuah informasi dari bawahan.kelalaian ini sekali lagi mungkin
disengaja, dimana atasan tidak menyadari bahwa bawahan memerlukan informasi
tersebut. Di sisi lain, atasan dapat menggunakan kepemilikan ekseklusif mereka
terhadap informasi sebagai alat untuk mempertahankan otoritas atas bawahannya.
Simon menyatakan bahwa organisasi, yang jauh lebih besar daripada
individu, memerlukan memori bantuan. Rutinitas organisasi akan menjadi
kebiasaan dalam kasus individu harus dicatat dalam manual untuk instruksi
anggota organisasi baru. Diantara repository yang digunakan organisasi adalah
system rekaman, file, perpustakaan, dan tindak lanjut system. Simon juga
mengamati pentingnya motivasi ; Setiap guru yang efektif mengakui motivasi
merupakan kunci untuk proses belajar. Selain itu, motivasi pribadi dapat
menyebabkan anggota organisasi mencoba untuk mengalihkan system komunikasi
untuk mereka gunakan sendiri dan dapat menyebabkan anggota organisasi menahan
informasi dari atasan dan rekan.
Teori
Administrative Behavior merupakan karya ilmiah Herbert Alexander Simon. Disertasi
doctoral Herber Simon yang dijadikan buku ini ditulisnya pada tahun 1947.
Disertasi ini merupakan buku pertama Herber Simon. Inti dari buku tersebut merupakan
proses perilaku dan kognitif membuat pilihan manusia menjadi rasional dalam membuat
keputusan-keputusan. Sebuah keputusan administrasi harus benar dan efisien
serta praktis. Keputusan melibatkan pilihan yang dipilih dari sejumlah alternatif yang diarahkan pada
tujuan akhir dari organisasi. Pilihan-pilihan realistis akan memiliki
konsekuensi nyata yang terdiri atas tindakan dan non tindakan personil yang
dimodifikasi oleh fakta-fakta lingkungan
dan nilai-nilai. Dikemukakan bahwa pengambilan keputusan rasional adalah dengan
cara memilih alternatif-alternatif yang menghasilkan kumpulan dari semua
konsekuensi yang mungkin akan terjadi. Cara tersebut dapat dialakukan dengan
tiga langkah sebagi berikut:
1.
Identifikasi
dan daftar semua alternatif
2.
Tentukan semua
konsekuensi dari setiap alternatif
3.
Bandingkan
kebenaran dan efisiensi dari setiap konsekuensi
Selanjutnya dikatakan bahwa otoritas sangat berpengaruh pada struktur organisasi formal, termasuk pola
komunikasi, sanksi, dan penghargaan, serta pada pembentukan tujuan, sasaran,
dan nilai-nilai organisasi. Keputusan adalah gabungan dari fakta-fakta dan
nilai-nilai, fakta empiris, terutama yang merupakan pengalaman khusus, Simon
tertarik dalam mencari identifikasi individu karyawan dengan tujuan organisasi
dan nilai-nilai. Seseorang dapat
mengidentifikasi dirinya dengan berbagai faktor
sosial, seperti; geografis, ekonomi, ras, agama, keluarga, pendidikan,
jenis kelamin, politik, dan kelompok olahraga.
Menurut Herbert Simon, keputusan
dapat diukur dengan dua kriteria;
1.
Kecukupan
mencapai tujuan yang diinginkan
2.
Efisiensi yang mendapatkan
hasil. Banyak anggota organisasi dapat focus pada kecukupan, tetapi manajemen
administrasi secara keseluruhan
harus memiliki perhatian khusus pada
efisiensi dengan hasil yang ingin diperoleh.
C. Hubungan
Antara Pengambilan Keputusan Yang Efektif Dan Administrasi Organisasi.
Herbert Simon mencatat bahwa administrator
tidak menyelesaikan apa-apa dibandingkan pekerja di lapangan. Sebaliknya,
mereka mempengaruhi pencapaian tujuan melalui keputusan mereka. Herbert
menyatakan ada perbedaan yang signifikan antara keputusan dan tindakan.
Perilaku yang sadar maupun tidak sadar (conscious maupun unconscious) meliputi
pemilihan yang kompleks dalam perencanaan maupun desain kegiatan. Untuk itu
sering digunakan kata “pilihan” (choice) dan “keputusan” yang saling menggantikan.
Nilai dan fakta membuat keputusan
terlaksana. Tingkatan pembuatan keputusan dipengaruhi perilaku yang
berorientasi tujuan. Elemen yang mempengaruhi tersebut tidak
menyeluruh/ideal/sempurna sehingga keterbatasan itu berpengaruh dalam keputusan
adminstrasi publik yang berdampak luas. Misalnya pada pembangunan jalan toll
dan penetapan uang toll.
Dalam
melaksanakan proses pembuatan keputusan administrasi organisasi dipengaruhi
tingkat koordinasi, keahlian dan tanggung jawab pemangku jabatan, dan pelatihan
mempengaruhi kualitas pembuatan keputusan. Oleh karena itu perlu keseimbangan
antara kepentingan individu dan tujuan yang ingin dicapai organisasi. Herbert
memberikan gambaran masalah-masalah tertentu yang dihadapi oleh teori
administrasi. Sebuah masalah utama adalah kontras antara spesialisasi dan
kesatuan perintah Selanjutnya Simon menggambarkan konflik yang muncul dengan
gagasan klasik dari rentang kendali yang
terbatas. Ia mencatat bahwa rentang kendali berbanding terbalik secara
proporsional dengan jumlah birokrasi dalam sebuah organisasi.
Selanjutnya dikemukan bahwa dalam menigkatkan
efisiensi harus dilakukan pengelompokan berdasarkan tujuan, proses, pelanggan
atau tempat. Meskipun di sisi lain harus diperhatikan rivalitas antara tujuan
organisasi dan pelanggan, ambiguitas “tujuan” dan kesenjangan criteria.
Dampaknya untuk teori administrasi adalah deskripsi situasi dan bagaimana
membuat diagnosis situasi tersebut, dengan bobot dan kriteria pembuatan
keputusan.
Adapun
beberapa prinsip administrasi yang diakui : (1) efisiensi administrasi
ditingkatkan melalui spesialisasi, (2) efisiensi ditingkatkan dengan membagi
anggota kelompok dalam suatu hirarki wewenang yang pasti, (3) efisiensi
administrasi ditingkatkan dengan mempersempit rentang kendali, dan (4)
efisiensi ditingkatkan dengan pengelompokan pekerjaan dan maksud pengawasan
berdasarkan tujuan, proses, pelanggan, atau tempat.
Disamping
hal tersebut Herbert mengkaji fakta dan nilai dalam pengambilan keputusan, dengan
pembatasan yang jelas antara keduanya. Fakta yang dapat diuji proposisi, di
mana sebagai pernyataan etis mungkin timbul dari dalam organisasi, dan
melibatkan kata-kata seperti “harus” atau “seharusnya.” Selain itu, keputusan
ada yang mengandung faktual dan komponen etika, sehingga keputusan tidak dapat
dievaluasi sebagai “benar” atau “salah.” Mereka hanya bisa dinilai oleh
pencapaian tujuan, atau “nilai-nilai.” Hal ini tampak jelas perbedaannya antara
organisasi public dan swasta.
Pertanggungjawaban kepada lembaga demokratis atas
penentuan nilai dapat diperkuat dengan membuat sarana procedural yang
memisahkan unsur factual dan etis. Alokasi masalah pada legislator atau
administrator tergantung arti relatif factual dan etis yang bisa menimbulakan
kontroversi. Misalnya seperti kasus Lapindo Brantas. Oleh karena itu legislator
dengan pertimbangan factual harus mempunyai akses ke sumber informasi dan
mendapat advis yang tepat. Sementara itu badan administrasi karena pertimbangan
nilai harus cepat tanggap terhadap nilai masyarakat jauh melampaui nilai-nilai
yang nyata-nyata dijadikan undang-undang.
Herbert
selanjutnya mengajukan gagasan dalam mempertimbangkan rasionalitas perilaku
administratif. Herbert menunjukkan bahwa idealnya semua pengambilan keputusan
akan mengikuti proses seperti mata rantai. Namun, sistem nyata jarang
sesederhana ini, dan orang tidak selalu berakhir dengan mempertimbangkan
perilaku alternatif. Waktu, pengetahuan, dan kelompok mempengaruhi perilaku.
Rasionalitas secara kasar didefinisikan sebagai perhatian atau keberpihakan
pada pemilihan perilaku tertentu dari suatu system nilai yang dapat dievaluasi.
Tidak semua alternatif perilaku dan segala
konsekuensinya dikenali oleh pengambil keputusan. Waktu dan pengetahuan
mempersempit pilihan pada pembuatan keputusan berikutnya. Hubungan nilai,
pengalaman dan perilaku cukup kuat. Perilaku rasional dan administrasi dapat
ditinjau dari teori Freud yang melihat kecenderungan psikologi sosial menjadi
schizophrenia dimana keputusan yang diambil bukan berdasar goal organisasi dan
irasional yang lebih ke kepentingan pribadi akibat ketidaklengkapan informasi
dan pertentangan akal sehat dan emosi.
Herbert
menyatakan psikologi berkaitan dengan keputusan administrasi. Dia mencatat
bahwa pengambilan keputusan banyak tidak rasional, untuk rasionalitas
memerlukan pemahaman yang lengkap dan semua konsekuensi dari sebuah keputusan.
Selain itu, konsep-konsep seperti kepatuhan, memori, kebiasaan, peran
rangsangan positif, dan mekanisme ketekunan perilaku juga mempengaruhi
pengambilan keputusan.
Dinyatakan
bahwa pengintegrasian perilaku menjadikan pola perilaku mulai dari keputusan sistem
nilai individu atau organisasi, disain dan mekanisme yang mengarahkan saluran
distribusi informasi dan pengetahuan, dan eksekusi keputusan harian. Mekanisme
organisasi mempengaruhi anggotanya melalui pembagian tugas, standar kinerja, sistem
kewenangan dan pengaruh, saluran komunikasi, indoktrinasi dan pelatihan.
Selanjutnya proses koordinasi dimulai dari koordinasi pribadi individu,
alternative individu vs kelompok, rencana kelompok, komunikasi, dan penerimaan
rencana.
Sifat mudah diajar pada manusia memungkinkan pelatihan dilaksanakan dan adaptasi dapat dilakukan. Dosilitas memperhatikan konsekuensi-konsekuensi dari tindakannya dan menyesuaikan untuk mencapai maksud yang diinginkannya. Manusia berdasarkan pengalaman dan komunikasi yang menajamkan perilaku membedakan dengan lebih jelas manusia dengan binatang. Memori baik yang bersifat alamiah maupun buatan dalam pikiran maupun catatan, berkas, arsip dsb. membantu rasionalitas manusia. Demikian pula kebiasaan tidak dapat dipandang sebagai suatu unsur yang pasif karena begitu kebiasaan telah terbentuk, maka dengan suatu ransangan kecil saja timbul kecenderungan melakukan kebiasaan tanpa berpikir lagi. Peranan ransangan positif hendaknya dibedakan antara pola ransangan-jawaban dan kebimbangan-pilihan member petunjuk untuk mengetahui peran non-rasional dan rasional di dalam pola perilaku keseluruhannya. Pada posisi eksekutif banyak sekali ransangan keputusan berasal dari luar individu. Hal ini tidak saja mempengaruhi keputusan namun berdampak pada kesimpulan dicapainya.
Sifat mudah diajar pada manusia memungkinkan pelatihan dilaksanakan dan adaptasi dapat dilakukan. Dosilitas memperhatikan konsekuensi-konsekuensi dari tindakannya dan menyesuaikan untuk mencapai maksud yang diinginkannya. Manusia berdasarkan pengalaman dan komunikasi yang menajamkan perilaku membedakan dengan lebih jelas manusia dengan binatang. Memori baik yang bersifat alamiah maupun buatan dalam pikiran maupun catatan, berkas, arsip dsb. membantu rasionalitas manusia. Demikian pula kebiasaan tidak dapat dipandang sebagai suatu unsur yang pasif karena begitu kebiasaan telah terbentuk, maka dengan suatu ransangan kecil saja timbul kecenderungan melakukan kebiasaan tanpa berpikir lagi. Peranan ransangan positif hendaknya dibedakan antara pola ransangan-jawaban dan kebimbangan-pilihan member petunjuk untuk mengetahui peran non-rasional dan rasional di dalam pola perilaku keseluruhannya. Pada posisi eksekutif banyak sekali ransangan keputusan berasal dari luar individu. Hal ini tidak saja mempengaruhi keputusan namun berdampak pada kesimpulan dicapainya.
Herbert
mengemukakan bahwa faktor yang menentukan lingkungan psikologis pada orang
dewasa lebih berpola daripada pada anak-anak. Lingkungan kantor dengan melihat
kalender meja, almari buku mendorong membaca buku, pengembangan keterampilan
mengetik, dan komunikasi organisasi adalah keadaan yang mendorong individu
memengambil keputusan benar yang menjadi tanggung jawabnya. Ada dua mekanisme
pokok yang terjadi: (1) yang menyebabkan perilaku terus bertahan bila sudah
diniatkan dan (2) yang mengarahkan perilaku ke arah tertentu. Yang pertama
bersifat internal dan yang kedua berasal dari antarpribadi. Integrasi perilaku
meliputi tiga langkah pokok: (1) individu/organisasi membuat keputusan yang
berdampak luas (substantive) ; (2) ia mendisain dan membentuk mekanisme yang
mengarahkan perhatiannya, memberikan informasi dan pengetahuan sehingga
keputusan sehari-hari berjalan sesuai rencana substantive; (3) ia melaksanakan
rencana melalui keputusan sehari-hari dan kegiatan yang cocok dengan kerangka
(1) dan (2). Tipe keputusan umum dapat dibedakan (1) perilaku saat ini,
diputuskan saat ini yang membatasi kemungkinan-kemungkinan masa depan dan (2)
keputusan masa depan dapat sedikit banyak dipengaruhi oleh keputusan sekarang.
Ini mungkin dilakukan dengan memilih; nilai-nilai tertentu sebagai kriteria
untuk keputusan kelak; hal-hal tertentu berdasarkan pengetahuan empirik yang
relevan, alternative perilaku-perilaku
tertentu sebagai satusatunya alternative yang memerlukan pertimbangan untuk
pemilihan kelak.
Herbert menyatakan bahwa mekanisme pengaruh
organisasi dilaksanakan melalui lima mekanisme; 1). pembagian kerja, 2). menetapkan
standar praktek-praktek (standar operasional prosedur), 3). meneruskan
keputusan ke bawah, 4). menyediakan saluran komunikasi dan pelatihan, dan 5).
mengindoktrinasi (internalisasi) dan pelatihan. Sedangkan koordinasi
dilaksanakan melalui: self coordination, alternative individu vs kelompok, rencana
kelompok, dan komunikasi. Komentar yang ditambahkan meliputi bukti empiris
keterbatasan rasio (bounded rationality), pengembangan relasi dalam teori
pembuatan keputusan formal menanggapi teori permainan (game theory) Neumann dan
Morgenstern yang menggambarkan perilaku yang akan datang seperti pohon dengan
dahan dan rantingnya.
Hal
lain yang disampaikan adalah adanya tiga hal yang kurang pada teori klasik :
setting agenda, representing problem, proses pengembangan alternatif (tahap-tahap
pembuatan keputusan serta melihat tipe permasalahan—terstruktur-tidak
terstruktur). Peran intuisi yang menjadi perhatian dan perdebatan antara lain
oleh Chris Agryris dan Henry Mintzberg, menurutnya dapat dimulai dengan
pandangan Banard yang membedakan “logical” dan “non-logical” dalam proses
pembuatan keputusan. Maksud “logibal process” adalah pikiran sadar dan “non
logical process” adalah sesuatu yang tidak dapat diuraikan dengan kata dan
alasan yang langsung dilaksanakan atau diputuskan. Pada saat gagasan awal Administrative
Behavior dituliskan (1941-42) hal ini menjadi masalah dan ketika dituliskan
dibuku pun makna “logical” disalahartikan. Di samping itu juga “split brain”,
bukti baru proses intuisi, intuisi dalam expert system di computer yang menarik
kita pad diskusi hubungan pengetahuan dan perilaku serta konsekuensinya berupa
stress.
Penerima
nobel ekonomi ini selanjutnya membahas keseimbangan organisasi. Herbert
berpendapat bahwa stimulus tertentu menentukan lebih lanjut tujuan organisasi. Keputusan
yang tepat tergantung pada para pihak terkait (pemasok, pelanggan, atasan, atau
penyelenggara) dan organisasi itu sendiri (profit, layanan, pemerintah). Tipe
partisipasi anggota dapat dipengaruhi oleh jenis organisasi, adaptasi anggota
terhadap tujuan, loyalitas terhadap tujuan, insentif yang diberikan, serta
nilai-nilai dari ukuran dan pertumbuhan organisasi. Pada akhirnya akan terjadi
keseimbangan organisasi dan efisiensi di dalam organisasi komersial dan
pemeritah berdasarkan hal-hal tersebut.
Gagasannya
tentang peran otoritas dalam perilaku administrative membedakan antara
pengaruh, bujukan dan kekuasaan,
perintah, kewenangan. Dia menyebutkan sanksi yang mendorong penerimaan dan
menunjukkan bahwa penggunaan kekuasaan harus dibatasi, karena mungkin memiliki
pengaruh lebih besar dalam menciptakan keyakinan para bawahan. Kewenangan
meliputi tanggung jawab, keahlian, dan koordinasi. Kesatuan perintah, hirarki
kewenangan, pembagian kewenangan, pangkat, dan pemberian sanksi perlu
diletakkan dalam kerangka psikologi dan teori kewenangan. Perilaku individu
sesuai dengan nilai-nilai individu yang bersangkutan. Namun perilaku individu
dalam organisasi dikuasai oleh system wewenang organisasi dan tidak terkait
dengan kondisi psikologi individual. Misalnya keputusan-keputusan pada kesatuan
militer. Dengan demikian psikologi merupakan bagian dari teknologi administrasi
dan bukan bagian dari teori administrasi itu sendiri.
Yang
harus dipertimbangkan juga adalah peran komunikasi dalam keputusan pemerintahan.
Dia mencatat bahwa komunikasi dapat terjadi secara formal maupun informal dari
atas, bawah, atau kesamping dalam hierarki pemerintahan. Herbert menyimpulkan
dengan suatu diskusi mengenai hubungan komunikasi dan motivasi pribadi dan
penerimaan komunikasi (Siapa yang mengirimkan informasi kepada saya? Apakah
efek dari informasi mengenai posisi saya?). Komunikasi formal disampaikan
melalui media lisan , memorandum, surat, catatan, laporan, dan manual.
Komunikasi informal adalah membangun hubungan sosial di sekitar anggota
organisasi. Ditekankan juga pentingnya trainng sebagai media meningkatkan
komunikasi untuk mencapai tujuan organisasi.
Kriteria
efisiensi dan pemanfaatan nilai efisiensi untuk mengevaluasi efektivitas
administrasi. Efisiensi adalah fungsi dari dua faktor yang meminimalkan
investasi dan memaksimalkan output dari produk akhir. Beberapa kritik dari
kriteria ini adalah bahwa hal itu menciptakan sebuah mentalitas “tujuan
menghalalkan cara”, atau bahwa efisiensi dapat menjadi terlalu mempertimbangkan
minimalisasi biaya sarana dan mengabaikan produk akhir.
Kriteria
efisiensi menuntut bahwa, dari dua alternatif yang memiliki biaya yang sama,
bahwa salah satu yang dipilih akan mengarah pada pencapaian yang lebih besar
tujuan organisasi, dan bahwa, dari dua alternatif menuju tingkat pencapaian
yang sama, bahwa salah satu dipilih yang mensyaratkan biaya yang lebih kecil.
Karena semua keputusan administratif didasarkan pada pembatasan yang diberikan
pada sumber daya yang tersedia pilihan di antara kemungkinan selalu dapat
dibingkai sebagai sebuah pilihan di antara berbagai alternatif yang sama yang
melibatkan biaya yang besar berupa uang yang bisa diukur, tetapi memiliki
nilai-nilai positif yang berbeda. Masalahnya adalah bagaimana membandingkan
nilai-nilai yang dicapai oleh berbagai tindakan.
Digambarkan
sebuah aspek penting identifikasi diri dalam organisasi. Identifikasi adalah
proses dimana seorang individu menerima tujuan organisasi di atas tujuan
pribadi. Proses ini dapat sangat membantu organisasi dalam mencapai tujuannya,
karena dalam identifikasi yang menimbulkan loyalitas anggotanya akan
menimbulkan polarisasi dalam arah keputusan organisasi. Ini menyangkut proses
di mana individu mengarahkan diri dalam tujuan organisasi (tujuan layanan atau
tujuan konservasi) dan tujuan sendiri sebagai nilai yang menentukan keputusan
organisasi. Hal ini berarti bahwa seseorang mengidentifikasi dirinya dengan
kelompok ketika membuat keputusan. Ia mengevaluasi beberapa alternatif pilihan
dalam hal konsekuensi bagi mereka yang ditentukan kelompok bertentangan dengan
motivasi pribadi, di mana evaluasi ini didasarkan pada identifikasi dengan
dirinya sendiri atau keluarganya.
Menurut
Herbert nilai organisasi: persepsi tentang kata “nilai sosial”, konflik,
impersonalitas dalam keputusan organisasi, makna identifikasi, psikologi
identifikasi, identifikasi dan kecukupan. Merombak identifikasi juga dapat
dilakukan melalui organisasi melalui modus spesialisasi, alokasi fungsi
pengambilan keputusan, dan tipe-tipe psikologi dalam keputusan.
Herbert meneliti dan mencatat bahwa perencanaan
adalah perintah yang kompleks, karena berasal dari superordinate yang melatih
otoritasnya agar berpengaruh pada perilaku bawahannya. Tingkat pengaruh
tercermin dalam keputusan satu orang yang mengasai setiap aspek perilaku
orang-orang lain. Biasanya pegaruh hanya memberi keleluasaan pada apa yang
dikerjakan bukan pada bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan. Apabila
keterbatan tersebut disadari, mestinya lebih dari satu perintah dapat menentukan
satu keputusan tertentu dengan syarat tidak boleh ada dua perintah yang
menjangkau premis yang sama.
Kemudian
dijelaskan juga rencana dan peninjauan dalam proses pengambilan keputusan
terpadu yang meliputi dua teknik. Yang pertama adalah pada perencanaan para
spesialis diarahkan pada suatu masalah sebelum dibuat keputusan dan yang kedua
peninjauan dimana individu yang ditunjuk mempertanggung-jawabkan dan membrikan
alasan-alasan internal maupun eksternal atas keputusan tersebut. Sentralisasi
dan desentralisasi menjadi isu yang menarik perhatiannya. Pada hemat Simon
sentralisasi tidak dapat dihindari untuk menjamin diperolehnya
keuntungan-keuntungan pengorganisasian koordinasi, keahlian dan tanggung jawab.
Sebaliknya biaya sentralisasi tidak boleh dilupakan. Pelajaran dari teori
administrasi yang dapat dipetik adalah kenyataan luasnya wilayah rasionalitas,
rasionalitas individu dan kelompok, dan pentingnya lokasi organisasi.
Sekolah
bisnis mendasari kegiatannya dengan asumsi bahwa peserta didiknya adalah para
praktisi professional di berbagai bidang usaha atau peneliti dalam sekolah
professional yang mengembangkan pengetahuannya pada bidang professional
praktis. Hendaknya dibedakan pengetahuan sebagai disiplin ilmu dan pengetahuan
professional (liberal atau utilitarian knowledge). Sumber pengetahuan dasar
dapat diperoleh dari dunia bisnis, sehingga perlu seorang pengajar mempunyai
pengalaman bisnis atau pengalaman konsultansi serta riset terapan. Namun
demikian sumber pengetahuan juga berasal dari ilmu (science) atau upaya sintesa
di antara keduanya seperti mencampurkan air dengan minyak.
Secara
ringkas Simon menjelaskan bahwa banyak keputusan dibuat dengan mengabaikan
aspek rasionalitas yang banyak diperhatikan pada dunia ekonomi berbeda dengan
rasionalitas di administrasi publik yang disebutnya sebagai rasional terbatas
(bounded rationality). Pengambilan keputusan dengan rasionalitas yang terbatas
ini terjadi karena keterbatasan dalam memperoleh informasi yang valid dan sifat
yang kompleks dari informasi itu sendiri.
D. Tokoh yang Mendukung Teori Herbert Simon
Tokoh yang mendukung teori Simon tentang
perilaku administrasi adalah James G. Mereka berkolaborasi berapa karya dalam teori organisasi. James G. Maret adalah Profesor Emeritus di Universitas Stanford, paling dikenal untuk penelitian pada
organisasi dan pengambilan keputusan organisasi .
James G. Maret orang sangat dihormati karena
perspektif teoretisnya yang luas yang dikombinasikannya dengan teori-teori dari
psikologi dan ilmu perilaku lainnya. Dia berkolaborasi
dengan psikolog kognitif Herbert Simon pada beberapa karya pada teori organisasi. James G. Maret dikenal pada perspektif
perilaku pada teori perusahaan bersama dengan Richard Cyert (1963). Pada 1972, Maret
bekerja sama dengan Olsen dan Cohen pada perspektif sistemik-anarkis
pengambilan keputusan organisasi yang dikenal sebagai Model Sampah Bisa .
James G Maret adalah ayah dari empat anak dan Sembilan
cucu. Sejak 1953 ia
telah bertugas di fakultas dari Carnegie Institute of Technology pada University of California, Irvine, dan sejak 1970 di Stanford University. Dia telah terpilih untuk National Academy of Science, para American Academy of Arts dan Ilmu, dan Akademi Pendidikan Nasional, dan
telah menjadi anggota Dewan Sains Nasional
E. Sumber
Simon,
Herbert A., Adminisrative Behavior : a study of decision-making processes in
administrative organizations, fourth edition, The free Press, New
York, 1997.
Wikipedia
Ensiklopedia Bahasa Indonesia, Eksilopedia Bebas.
Wikipedia,
the free encyclopedia