Kamis, 04 April 2013

Teori Norma-norma Sosial


Teori Norma-norma Sosial
Oleh : Maryadi
A. Pendahuluan
Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.( Q.Surah Al Hujurat : 13)

Mengacu pada  Surah al Hujurat 13 seyogyanya dapat diambil sebuah penyadaran akan satu pemahaman yang mendasar akan sebuah fakta social tentang keberadaan manusia sebagai makhluk social yang harus berinteraksi dan berkomunikasi antar sesama. Pada saat ini ketika melakukan interaksi pasti terlibat langsung dengan kemajuan  teknologi. Salah satu bentuk kemajuan teknologi dalam bidang informasi dan komunikasiadalah Media massa. Pengaruh media massa tidak dapat disamakan terhadap setiap individu, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan pola pikir, perbedaan sifat yang berdampak pada pengambilan sikap, hubungan sosial sehari-hari, dan perbedaan budaya. Perubahan sosial dimasyarakat berorientasi pada upaya untuk meninggalkan unsur-unsur yang mesti ditinggalkan, berorientasi pada pembentukan unsur baru, serta berorientasi pada nilai-nilai yang telah ada pada massa lampau[1].
Tanpa disadari,media massa telah membawa masyarakat masuk kepada pola budaya yang baru dan mulai menentukan pola pikir serta perilaku masyarakat. Perubahan pola tingkah laku yang paling terasa ialah dari aspek gaya hidup,  aspek ini paling kelihatan dalam lingkungan generasi muda. Dampak yang ditimbulkan media massa beraneka ragam, diantaranya: terjadinya perilaku menyimpang dari norma-norma sosial dan nilai-nilai budaya dimana perilaku menyimpang tersebut dianggap sebagai bagian dari trend masa kini. Dampak lainnya yaitu kecenderungan makin meningkatnya pola hidupkonsumerisme yang menuntut gaya hidup serba instant serta membuat menurunnya minat belajar dikalangan generasi muda[2].
Media massa memiliki pengaruh yang kuat disegala dimensi kehidupan masyarakat. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan sosial baik secara positif maupun negatif. Perkembangannya membuat masyarakat terapit diantara dua pilihan yang tak terlakkan. Disatu pihak masyarakat menerima kehadiran media massa secara berbunga-bunga, di pihak lain kehadiran media massa justru menimbulkan masalah-masalah yang bersifat struktural yang kemudian merambah di semua aspek kehidupan masyarakat. Terkait dengan perkembangan media massa yang berdampak kearah modernisasi, media massa merupakan yang paling pesat perkembangannya. Salah satu diantaranya yang cukup membuat masyarakat terkagum-kagum ialah perkembangan teknologi informasi[3].
Menurut Praktiktodewasa ini kemajuan teknologi informasi yang menuju kearah globalisasi komunikasi dirasakan cenderung berpengaruh langsung terhadap tingkat peradaban masyarakat dan bangsa. Kita semua menyadari bahwa perkembangan teknologi informasi akhir-akhir ini bergerak sangat pesat dan telah menimbulkan dampak positif maupun negatif terhadap tata kehidupan masyarakat di berbagai Negara. Kemajuan bidang informasi membawa kita memasuki abad revolusi komunikasi. Bahkan ada yang menyebutnya sebagai “Ledakan Komunikasi” yang artinya sebuah realitas yang menggambarkanperubahan tatanan norma sosial didalam kehidupan masyarakat[4].

B. Teori Norma Sosial
Teori Norma Sosial merupakan teori yang mempunyai pengaruh didalam memahami fakta social. Teori ini didirikan oleh Wesley Perkins dan Alan Berkowitz pada tahun 1986 melalui studi efek yang berkaitan dengan norma-norma sosial, apakah itu ras, perilaku atau lainnya, terhadap sesama[5]. Teori ini pada awalnya difokuskan pada pengguna alkohol di sekolah Lanjutan Atas dan perguruan tinggi. Perkins mencatat relevansi norma untuk memahami tatanan sosial oleh individu dan kelompok, dan bagaimana cara mempengaruhi perilaku mereka[6]. Secara teoritis teori ini memiliki pengaruh penting dalam pemahaman tentang perilaku manusia dalam hubungannya dengan lingkungan sosial dan telah menghasilkan pemahaman yang lebih besar dari cara orang berpikir dan bertindak[7] .
Norma sosial di masyarakat dibedakan menurut aspek-aspek tertentu tetapi saling berhubungan antara satu aspek dengan aspek yang lainnya. Pembagian tersebut[8] adalah :
1. Norma agama adalah peraturan sosial yang sifatnya mutlak sebagaimana penafsirannya dan tidak dapat ditawar-tawar atau diubah ukurannya karena berasal dari Tuhan.  Misalnya: Melakukan Sholat, tidak berbohong, tidak boleh mencuri, dan lain sebagainya.
2. Norma kesusilaan adalah peraturan sosial yang berasal dari hati nurani yang menghasilkan akhlak, sehingga seseorang dapat membedakan apa yang dianggap baik dan apa pula yang dianggap buruk. Pelanggaran terhadap norma ini berakibat sanksi pengucilan secara fisik (dipenjara, diusir) ataupun batin (dijauhi). Misalnya  Orang yang berhubungan intim di tempat umum akan dicap tidak susila, melecehkan wanita atau laki-laki di depan orang.
3. Norma kesopanan adalah peraturan sosial yang mengarah pada hal-hal yang berkenaan dengan bagaimana seseorang harus bertingkah laku yang wajar dalam kehidupan bermasyarakat. Contoh: Tidak meludah di sembarang tempat, memberi atau menerima sesuatu dengan tangan kanan, tidak kencing di sembarang tempat
4. Norma kebiasaan adalah sekumpulan peraturan sosial yang berisi petunjuk atau peraturan yang dibuat secara sadar atau tidak tentang perilaku yang diulang-ulang sehingga perilaku tersebut menjadi kebiasaan individu. Pelanggaran terhadap norma ini berakibat celaan, kritik, sampai pengucilan secara batin. Contoh: Membawa oleh-oleh apabila pulang dari suatu tempat, bersalaman ketika bertemu.
5. Kode etik adalah tatanan etika yang disepakati oleh suatu kelompok masyarakat tertentu. Contoh: kode etik jurnalistik, kode etik perwira, kode etik kedokteran. Kode etik umumnya termasuk dalam norma sosial, namun bila ada kode etik yang memiliki sanksi yang agak berat, maka masuk dalam kategori norma hukum.
Norma agama dan norma kesusilaan berlaku secara luas di setiap kelompok masyarakat bagaimanapun tingkat peradabannya. Sedangkan norma kesopanan dan norma kebiasaan biasanya hanya dipelihara atau dijaga oleh sekelompok kecil individu saja, sedangkan kelompok masyarakat lainnya akan mempunyai norma kesopanan dan kebiasaan yang tersendiri pula.
Dalam makalah ini mengkaji lebih detail dan menkritisi Teori Norma Sosial yang diutarakan oleh Sandra Ball-Rokeach dan Melvin Defleur. Tentunya teori ini memiliki kelebihan dan kelemahan jika dibandingkan dengan teori-teori lainnya. Apakah teori ini masih relevan atau justru sudah tidak dapat disentuh sama sekali.

C. Analisis Fungsi Teori Norma Sosial
Melalui media massa yang semakin berkembang memungkinkan informasi menyebar dengan mudah di masyarakat. Informasi dalam bentuk apapun dapat disebarluaskan dengan mudah dan cepat sehingga mempengaruhi cara pandang, gaya hidup, serta budaya suatu bangsa.Arus informasi yang cepat menyebabkan masyarakat tidak mampu untuk menyaring pesan yang datang. Akibatnya tanpa sadar informasi tersebut sedikit demi sedikit telah mempengaruhi pola tingkah laku dan budaya dalam masyarakat. Kebudayaan yang sudah lama ada dan menjadi tolak ukur masyarakat dalam berperilaku kini hampir hilang dan lepas dari perhatian masyarakat. Akibatnya, semakin lama perubahan-perubahan norma sosial di masyarakat mulai terangkat ke permukaan[9].
Pengaruh media terhadap masyarakat telah menumbuhkan pembaharuan-pembaharuan yang cepat dalam masyarakat. Pembaharuan yang berwujud perubahan ada yang ke arah negatif dan ada yang ke arah positif.  Pengaruh media tersebut berkaitan dengan aspek-aspek lain seperti sifat komunikator, isi/informasi dari media itu sendiri, serta tanggapan dari masyarakat. Sadar atau tidak sadar masyarakat sering dipengaruhi oleh media massa, misalnya media membujuk untuk menggunakan suatu produk tertentu ataupun secara tidak langsung membujuk untuk mendukung ideologi politik tertentu maupun partai tertentu. Sehubungan dengan hal tersebut, ada beberapa teori kontemporer yang berkaitan dengan pengaruh komunikasi massa yang digolongkan dalam empat bagian[10], yaitu:
1. Teori Perbedaan Individu
Menurut teori ini terdapat kecenderungan baru dalam pembentukan watak sesorang melalui proses belajar. Adanya perbedaan pola pikir dan motivasi didasarkan pada pengalaman belajar. Perbedaan individu disebabkan karena perbedaan lingkungan yang menghasilkan perbedaan pandangan dalam menghadapi sesuatu. Lingkungan akan mempengaruhi sikap, nilai-nilai serta kepercayaan yang mendasari kepribadian mereka dalam menaggapi informasi yang datang. Dengan demikian pengaruh media terhadap individu akan berbeda-beda satu sama lain.
2. Teori Penggolongan Sosial
Penggolongan sosial lebih didasarkan pada tingkat penghasilan, seks, pendidikan, tempat tinggal maupun agama. Dalam teori ini dikatakan bahwa masyarakat yang memiliki sifat-sifat tertentu yang cenderung sama akan membentuk sikap-sikap yang sama dalam menghadapi stimuli tertentu. Persamaan ini berpengaruh terhadap tanggapan mereka dalam menerima pesan yang disampaikan media massa.
3. Teori Hubungan Sosial
Menurut teori ini kebanyakan masyarakat menerima pesan yang disampaikan media banyak di peroleh melalui hubungan atau kontak dengan orang lain dari pada menerima langsung dari media massa. Dalam hal ini hubungan antar pribadi mempunyai pengaruh yang kuat terhadap penyampaian informasi oleh media.
4. Teori Norma-Norma Budaya
Teori ini menganggap bahwa pesan/informasi yang disampaikan oleh media massa dengan cara-cara tertentu dapat menimbulkan tafsiran yang berbeda-beda oleh masyarakat sesuai dengan budayanya. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa media mempengaruhi sikap individu tersebut. Ada beberapa cara yang ditempuh oleh media massa dalam mempengaruhi norma-norma budaya. Pertama, informasi yang disampaikan dapat memperkuat pola-pola budaya yang berlaku serta meyakinkan masyarakat bahwa budaya tersebut masih berlaku dan harus di patuhi. Kedua, media massa dapat menciptakan budaya-budaya baru yang dapat melengkapi atau menyempurnakan budaya lama yang tidak bertentangan. Ketiga, media massa dapat merubah norma-norma budaya yang telah ada dan berlaku sejak lama serta mengubah perilaku masyarakat itu sendiri.

Perubahan sosial merupakan gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat dan merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan sosial di masyarakat meliputi beberapa orientasi, antara lain (1) perubahan dengan orientasi pada upaya meninggalkan faktor-faktor atau unsur-unsur kehidupan sosial yang mesti ditinggalkan atau diubah, (2) perubahan dengan orientasi pada suatu bentuk atau unsur yang memang bentuk atau unsur baru, (3) suatu perubahan yang berorientasi pada bentuk, unsur, atau nilai yang telah eksis atau ada pada masa lampau[11].
Dalam memantapkan orientasi suatu proses perubahan, ada beberapa faktor yang memberikan kekuatan pada orientasi perubahan tersebut, antara lain adalah sebagai berikut: (1) sikap, dalam hal ini baik skala individu maupun skala kelompok yang mampu menghargai karya pihak lain, tanpa dilihat dari skala besar atau kecilnya produktivitas kerja itu sendiri, (2) adanya kemampuan untuk mentolerir sejumlah penyimpangan dari bentuk-bentuk atau unsur-unsur rutinitas, sebab pada hakekatnya salah satu pendorong perubahan adanya individu-individu yang menyimpang dari hal-hal yang rutin, makhluk yang suka menyimpang dari unsur-unsur rutinitas, (3) mengokohkan suatu kebiasaan atau sikap mental yang mampu memberikan penghargaan (reward) kepada pihak lain (individual, kelompok) yang berprestasi dalam berinovasi, baik dalam bidang sosial, ekonomi, dan iptek, (4) tersedianya fasilitas dan pelayanan pendidikan dan pelatihan yang memiliki spesifikasi dan kualifikasi progresif, demokratis, dan terbuka bagi semua fihak yang membutuhkannya[12].
Suatu proses perubahan sosial tidak selalu berorientasi pada kemajuan semata. Tidak menutup kemungkinan bahwa proses perubahan sosial juga mengarah pada kemunduran atau mungkin mengarah pada suatu degradasi pada sejumlah aspek atau nilai kehidupan dalam masyarakat yang bersangkutan. Suatu kemunduran dan degradasi (luntur atau berkurangnya suatu derajat atau kualifikasi bentuk-bentuk atau nial-nilai dalam masyarakat), tidak hanya satu arah atau orientasi perubahan secara linier, tetapi juga memiliki dampak sampingan dari keberhasilan suatu proses perubahan. Contohnya perubahan iptek, dari iptek yang bersahaja ke iptek yang modern (maju), mungkin menimbulkan kegoncangan-kegoncangan pada unsur-unsur atau nilai-nilai yang tengah berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan, yang sering disebut sebagai culture-shock.
Fungsi media massa sebagai penunjang perubahan social yaitu: pertama, sebagai pemberi informasi. Dalam hal ini fungsi penyampaian informasi dapat dilakukan sendiri oleh media. Tanpa media, sangat mustahil informasi dapat disampaikan secara tepat dan cepat. Kedua, sebagai pengambilan keputusan. Dalam hal ini media massa berperan sebagai penunjang yang mana menuntut adanya kelompok-kelompok diskusi yang akan mengambil keputusan, disamping itu diharapkan adanya perubahan sikap, kepercayaan, dan norma-norma sosial. Hal ini berarti media massa berperan dalam menghantarkan informasi sebagai bahan diskusi, menyampaikan pesan para pemuka masyarakat serta memperjelas masalah-masalah yang disampaikannya. Ketiga, media berfungsi sebagai pendidik. Dalam hal ini, media dapat meningkatkan tingkat pengetahuan masyarakat

D. Peranan  Media Massa sebagai Penunjang Perubahan Sosial
Sadar atau tidak sadar media massa telah menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat. Melalui media massa kita dapat belajar banyak hal yang bisa di jadikan pelajaran. Berita tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di luar negeri maupun dalam negeri dapat diketahui dengan cepat dan mudah melalui media massa. Hal ini karena media massa memiliki kemampuan untuk memberikan informasi-informasi secara efektif. Adapun peran media massa ialah: pertama, media dapat memperluas cakrawala pemikiran. Kebanyakan orang yang hidup dalam masyarakat tradisional menganggap media memiliki kekuatan gaib sewaktu pertama kali mengenalnya sebab media massa dapat membuat seseorang melihat dan mengetahui tempat-tempat yang belum pernah dikunjunginya serta mengenal orang-orang yang belum pernah ditemuinya. Media telah membantu masyarakat Negara sedang berkembang mengenal kehidupan masyarakat lain sehingga mereka memperoleh pandangan baru dalam hidupnya. Media massa dapat menjadi jembatan peralihan antara masyarakat tradisional kearah masyarakat modern.
Kedua, media massa dapat memusatkan perhatian. Masyarakat tradisional yang bergerak ke arah modern sedikit demi sedikit mulai menggantungkan pengetahuannya pada media massa sehingga hal-hal mengenai apa yang penting, yang berbahaya, apa yang menarik dan sebagainya berasal dari media. Akibatnya lama kelamaan masyarakat mulai meninggalkan kebiasaan atau budayanya dan menganggap budaya tersebut sebagai sesuatu yang kuno dan tidak modern. Oleh karena itu, media massa harus bisa memutuskan dengan tepat informasi atau rubric apa yang akan disampaikannya sebab media dapat mempenggaruhi pola pikir masyarakat dan membangkitkan aspirasi masyarakat.
Ketiga, media massa mampu menumbuhkan aspirasi. Secara tidak langsung aspirasi masyarakat tumbuh melalui siaran-siaran atau informasi yang disampaikan media massa. Banyak hal-hal baru yang disampaikan oleh media, misalnya dari gaya berpakaian atau potongan rambut yang membuat masyarakat terdorong untuk melakukan atau menggunakan hal yang sama seperti yang dilihat mereka melalui media. Hal penting yang perlu disadari dan diperhatikan bahwa terkadang aspirasi yang berlebihan akan membawa resiko dan buruknya hal tersebut tidak dianggap sebagai suatu kesalahan

E. Pengaruh  Media Massa Terhadap Perubahan Norma Sosial
Norma sosial merupakan fakta yang ada dalam masyarakat berupa harapan-harapan masyarakat berkaitan dengan tingkah laku yang seharusnya dilakukan seseorang. Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi seperti media massa, menyebabkan terjadi perubahan secara cepat dimana-mana. Media massa sedikit demi sedikit membawa masuk masyarakat ke suatu pola budaya yang baru dan mulai menentukan pola pikir serta budaya perilaku masyarakat. Tanpa disadari media massa telah ikut mengatur jadwal hidup kita serta menciptakan sejumlah kebutuhan
Keberadaaan media massa dalam menyajikan informasi cenderung memicu perubahan serta banyak membawa pengaruh pada penetapan pola hidup masyarakat. Beragam informasi yang disajikan dinilai dapat memberi pengaruh yang berwujud positif dan negatif. Secara perlahan-lahan namun efektif, media membentuk pandangan masyarakat terhadap bagaimana seseorang melihat pribadinya dan bagaimana seseorang seharusnya berhubungan dengan dunia sehari-hari.
Media memperlihatkan pada masyarakat bagaimana standar hidup layak bagi seorang manusia, sehingga secara tidak langsung menyebabkan masyarakat menilai apakah lingkungan mereka sudah layak atau apakah ia telah memenuhi standar tersebut dan gambaran ini banyak dipengaruhi dari apa yang di lihat, didengar dan dibaca dari media. Pesan/informasi yang disampaikan oleh media bisa jadi mendukung masyarakat menjadi lebih baik, membuat masyarakat merasa senang akan diri mereka, merasa cukup atau sebaliknya mengempiskan kepercayaan dirinya atau merasa rendah dari yang lain.
Pergeseran pola tingkah laku yang diakibatkan oleh media massa dapat terjadi di lingkungan keluarga, sekolah, dan dalam kehidupan bermasyarakat. Wujud perubahan pola tingkah laku lainnya yaitu gaya hidup. Perubahan gaya hidup dalam hal peniruan atau imitasi secara berlebihan terhadap diri seorang firgur yang sedang diidolakan berdasarkan informasi yang diperoleh dari media. Biasanya seseorang akan meniru segala sesuatu yang berhubungan dengan idolanya tersebut baik dalam hal berpakaian, berpenampilan, potongan rambutnya ataupun cara berbicara yang mencerminkan diri idolanya[13]. Hal tersebut diatas cenderung lebih berpengaruh terhadap generasi muda.
Secara sosio-psikologis, arus informasi yang terus menerpa kehidupan kita akan menimbulkan berbagai pengaruh terhadap perkembangan jiwa, khususnya untuk anak-anak dan remaja. Pola perilaku mereka, sedikit demi sedikit dipengaruhi oleh apa yang mereka terima yang mungkin melenceng dari tahap perkembangan jiwa maupun norma-norma yang berlaku. Hal ini dapat terjadi bila tayangan atau informasi yang mestinya di konsumsi oleh orang dewasa sempat ditonton oleh anak-anak[14].
Dampak yang ditimbulkan media massa bisa beraneka ragam diantaranya  terjadinya perilaku yang menyimpang dari norma-norma sosial  atau nilai-nilai budaya. Di jaman modern ini umumnya masyarakat menganggap hal tersebut bukanlah hal yang melanggar norma, tetapi menganggap bagian dari trend massa kini. Selain itu juga, perkembangan media massa yang teramat pesat dan dapat dinikmati dengan mudah mengakibatkan masyarakat cenderung berpikir praktis.
Dampak lainnya yaitu adanya kecenderungan makin meningkatnya pola hidup konsumerisme. Dengan perkembangan media massa apalagi dengan munculnya media massa elektronik (media massa modern) sedikit banyak membuat masyarakat senantiasa diliputi prerasaan tidak puas dan bergaya hidup yang serba instant Gaya hidup seperti ini tanpa sadar akan membunuh kreatifitas yang ada dalam diri kita dikemudian hari.
Rubrik dari layar TV dan media lainnya yang menyajikan begitu banyak unsur-unsur kenikmatan dari pagi hingga larut malam membuat menurunnya minat belajar dikalangan generasi muda. Dari hal tersebut terlihat bahwa budaya dan pola tingkah laku yang sudah lama tertanam dalam kehidupan masyarakat mulai pudar dan sedikit demi sedikit mulai diambil perannya oleh media massa dalam menyajikan informasi-informasi yang berasal dari jaringan nasional maupun dari luar negeri yang terkadang kurang pas dengan budaya bangsa timur[15].

F. Aplikasi dan Analisis Kelayakan Teori Norma-norma Sosial
Teori Norma Sosial secara teoritis memiliki pengaruh penting dalam pemahaman tentang perilaku manusia dalam hubungannya dengan lingkungan sosial dan telah menghasilkan pemahaman yang lebih besar dari cara orang berpikir dan bertindak. Norma-norma perilaku kelompok mayoritas atau norma-norma sikap yang menurut teori ini sangat dalam kaitannya dengan massa "lain" yang membuat "norma" dari mana untuk mengevaluasi diri sendiri. Hal ini telah memungkinkan sejumlah ilmuwan sosial dan pekerja sosial untuk melakukan berbagai pendekatan masalah sosial, seperti penyalahgunaan obat terlarang,  pelecehan sexual, rasisme, pecandu alcohol. Melalui teori ini pula dillakukan  pendekatan untuk mencari solusi permasalahan dengan pemahaman yang lebih besar dari latar belakang, dan berusaha untuk kembali mendidik pemuda dengan cara yang lebih dalam memasuki lingkungan sosial mereka[16].
Aplikasi Teori Norma-norma Sosial mungkin yang paling sering terlihat dalam sosiologi. Hal ini diterapkan untuk menguraikan prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang mengatur pemikiran sosial dan perilaku dalam kelompok masyarakat.  Pendekatan ini banyak digunakan untuk memecahkan, memperbaiki atau memodifikasi perilaku sosial dari kelompok-kelompok dan telah diperluas ke sejumlah penyakit  social. Teori ini juga telah diterapkan oleh sosiolog dan antropolog untuk rasisme, yang paling menonjol pada 1990-an selama munculnya "kegelapan" atau "putih" studi di akademisi.
Teori ini menganggap bahwa pesan/informasi yang disampaikan oleh media massa dengan cara-cara tertentu dapat menimbulkan tafsiran yang berbeda-beda oleh masyarakat sesuai dengan budayanya. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa media mempengaruhi sikap individu tersebut. Ada beberapa cara yang ditempuh oleh media massa dalam mempengaruhi norma-norma budaya. Pertama, informasi yang disampaikan dapat memperkuat pola-pola budaya yang berlaku serta meyakinkan masyarakat bahwa budaya tersebut masih berlaku dan harus di patuhi. Kedua, media massa dapat menciptakan budaya-budaya baru yang dapat melengkapi atau menyempurnakan budaya lama yang tidak bertentangan. Ketiga, media massa dapat merubah norma-norma budaya yang telah ada dan berlaku sejak lama serta mengubah perilaku masyarakat itu sendiri[17].
G. Kriktik terhadap Teori Norma-norma Sosial.
Ketika manusia telah mengalami kemajuan yang sedemikian pesat.Modernitas manusia sudah tidak terelakkan lagi. Manusia dalam titik kemajuanmodernitas, telah dihantar pada sebuah situasi yang sedemikian krusial.Modernitas telah membawa manusia pada kemajuan teknologi yang sedemikian pesat.Teknologi modern sudah menjadi alat perpanjangan tangan manusia. Manusiasemakin dipermudah oleh sarana-sarana teknologi yang ada. Bahkan, teknologi telah merasuki simpul-simpul kesenangan dansimbolisasi manusia. Kehidupan manusia bisa sedemikian nyaman dan aman sehinggamanusia “bisa tidur nyenyak” dalam keterbatasannya sebagai manusia. Giddenspernah menyatakan situasi semacam ini sebagai ontological security.Modernitas, komunikasi dan teknologi modern telah melahirkan kisah kebebasanberagama, kemajuan transpotasi, perkembangan teknologi informasi, keterjaminanpangan, penerangan listrik, komunitas melting pot, dan masih banyaklagi[18].
Teknologi, komunikasi dan modernitas telah mencanangkan janji danideologi kehidupan manusia yang lebih baik, membuat manusia semakin pintar,lebih bahagia dan sebagainya.Tapi di lain pihak, modernitas, komunikasi dan teknologi tidak bisadipisahkan dengan aspek-aspek negatif yang dihasilkannya. Modernitas yangmenjanjikan kebahagiaan juga tetap meninggalkan jejak pengasingan manusia[19].Dalam akumulasi kemajuan teknologi yang ada, tetap dilihat sebuah proses dimana manusia dibuat mabuk kepayang oleh modernitas, komunikasi dan teknologimodern. Segala teknologi, industri komunikasi dan gaya hidup modern bisamengucilkan, memencilkan, mengaburkan dan menghancurkan martabat manusia.Industri dan modernitas bisa membawa pada keterasingan manusia. Maka diperlukan sebuah sarana untuk menjadi pisau analisa untukbisa mengkritisi dan melihat secara arif kemajuan demi kemajuan yang telahmanusia peroleh. Manusia boleh memanfaatkan kemajuan kehidupan modern, tapimanusia tetap menjadi subjek dalam setiap proses kemajuan yang ada. Sejarahilmu pengetahuan pada umumnya, dan filsafat pada khususnya – mencatat bahwaTeori Kritis yang berbasis para intelektual Sekolah Frankfurt Jerman telahmemberikan kontribusi yang cukup memadai dalam melihat dan memahami modernitasmanusia[20].
Parapemikir sosial Frankfurt ini membuat refleksi sosial kritis mengenai masyarakatpasca-industri dan konsep tentang rasionalitas yang ikut membentuk danmempengaruhi tindakan masyarakat tersebut. Cara berpikir aliran Frankfurt dapat dikatakan sebagai teori kritikmasyarakat atau eine Kritische Theorie der Gesselschaft. Maksud teoriini adalah membebaskan manusia dari manipulasi teknokrasi modern. Khas pulaapabila teori ini berinspirasi pada pemikiran dasar Karl Marx, meskipun tidakmenutup kemungkinan bahwa inspirasi Teori Kritis banyak didialogkan denganaliran-aliran besar filsafat – khususnya filsafat sosial pada waktu itu. Sejaksemula, Sekolah Frankfurt menjadikan pemikiran Marxsebagai titik tolak pemikiran sosialnya. Tapi yang perlu harus diingatadalah bahwa Sekolah Frankfurt tetap mengambil semangat dan alur dasarpemikiran filosofis idealisme Jerman, yang dimulai dari pemikiran kritisismeideal Immanuel Kant sampai pada puncak pemikiran kritisisme historisdialektisnya Georg William Friederich Hegel. Dengan sangat cerdas, sebagianbesar pemikir dalam sekolah Franfurt berdialog dengan Karl Marx, Hegel dan I.Kant[21].

H. Penutup
Media massa pada umunya merupakan sektor pranata modern, yang sampai batas tertentu adalah asing untuk negara dan kebudayaan negara ketiga. Untuk memasukkannya diperlukan baik oleh alih teknologi maupun kemampuan adaptasinya terhadap kebutuhan dunia ketiga. Secara umum media massa merupakan sarana penyampaian informasi dari sumber informasi (komunikator) kepada penerima informasi (komunikan).Masuknya informasi oleh media massa membawa dampak perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat. Dengan demikian Informasi memiliki kekuatan baik yang membangun dan merusak. Artinya media massa dalam hal ini berwajah ganda. Informasi yang sampai kemasyarakat dapat ditanggapi berbeda-beda oleh setiap individu tergantung pada kepentingannya masing-masing serta tergatung dari kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan informasi yang datang secara proporsional.
Dampak yang paling kontras dirasakan dikalangan masyarakat ialah perubahan gaya hidup  dan pola tingkah laku yang menuntut masyarakat bersikap serba instant sehingga menyebabkan terjadi pergeseran nilai-nilai budaya dalam kehidupan masyarakat. Media massa mempengaruhi gaya hidup masyarakat untuk menjadi serupa dengan apa yang disajikan oleh media. Sadar atau tidak masyarakat pun masuk kedalamnya bahkan menuntut lebih dari itu. Kehadiran media massa dirasakan lebih berpengaruh terhadap generasi muda yang sedang berada dalam tahap pencarian jati diri.Informasi-informasi yang diterima dari media tersebut mempengaruhi kehidupan sosial budaya suatu masyarakat baik dalam persepsi sikap serta perilaku hidupnya. Dari pejelasan-penjelasan diatas, secara tersirat kehadiran media massa telah memunculkan suatu budaya baru yang menginginkan masyarakat dapat menyesuaikan diri terhadap budaya tersebut.Dengan demikian maka akan melahirkan fenomena-fenomena baru tentang norma-norma sosial.










Daftar Pustaka
 Andi Abdul Muis, Komunikasi Islami, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001

Benhabib, Seyla, Critique, Norm, And Utopia: A Study ofThe Foundation of Critical Theory. New York : Columbia University Press.1986

Berkowitz, AD & Perkins, HW. Masalah Minum antar  Mahasiswa: Sebuah Tinjauan Riset terbaru.Westport, CT: Greenwood Press. 1997

Dennis McQuail, Teori-Teori Komunikasi Massa, Jakarta: Erlangga.1987

Djuarsa Sandjaya, Teori Komunikasi, Jakarta: Universitas Terbuka,  2005

Deddy Mulyana. (Ed), Komunikasi Antar Budaya. Bandung :  PT. Remaja Rosdakarya, 2003

Mappiare, Syahrir, et.al.Dampak Globalisasi Informasi Dan Komunikasi Terhadap Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Pedesaan Di Sulawesi Tengah. Makassar: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1996

Murniatmo, Gatot, et.al. Dampak Globalisasi Informasi Terhadap Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Pedesaan Di Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta : Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan: 1997

Perkins HW, et.al,  Kesalahan Persepsi dari Norma-norma untuk Frekuensi Pengguna Alkohol dan Narkoba di  Kampus. New York : Jurnal American College Kesehatan. 1999

Pratikto, Riyono, Komunikasi Pembangunan Edisi I. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya 1997

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 1990

Syukur Kholil, (Ed), Teori Komunikasi Massa, Bandung : Citapustaka Media Perintis, 2011

Salim, Agus.. Perubahan Sosial: Sketsa Teori dan Metodologi Kasus Indonesia. Yogyakarta : PT. Tiara Wacana, 2002

Susanto Sunario, Astrid. S.Globalisasi dan Komunikasi. Jakarta : Sinar Harapan: 1992

Stanley J. Baran & Dennis K. Davis,  Mass Communication Theory: Foundation, Ferment, and Future ed. 2nd. USA: Wadsworth. 2000

Stephen W Littlejhon,Theories of Human Communication ed. 6th.  California: Wadsworth. 1999

Thorpe, Gold J. E.. Sosiologi Dunia Ketiga: Kesenjangan dan Pembangunan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.1992


.






[1]. Deddy Mulyana. ed, Komunikasi Antar Budaya. ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), h.11
[2]. Murniatmo, Gatot, et.al. Dampak Globalisasi Informasi Terhadap Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Pedesaan Di Daerah Istimewa Yogyakarta.(Yogyakarta : Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan: 1997), h.8
[3].  Mappiare, Syahrir, et.al.. Dampak Globalisasi Informasi Dan Komunikasi Terhadap Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Pedesaan Di Sulawesi Tengah ( Makassar: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1996)
[4]. Pratikto, Riyono. Komunikasi Pembangunan Edisi I.  ( Bandung :  1997) h.36
[5]. Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1990), h.200
[6]. Perkins HW, et.al,  Kesalahan Persepsi dari Norma-norma untuk Frekuensi Pengguna Alkohol dan Narkoba di  Kampus.( New York : Jurnal American College Kesehatan. 1999)
[7].  Syukur Kholil, (Ed), Teori Komunikasi Massa, (Bandung:  Citapustaka Media Perintis, 2011), h. 245
[8].  Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Ibid
[9]. Andi Abdul Muis, Komunikasi Islami, ( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001)
[10].  Djuarsa Sandjaya, Teori Komunikasi ( Jakarta: Universitas Terbuka,  2005 )
[11].  Dennis McQuail, Teori-Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Erlangga. 1987)
[12]. Dennis McQuail,Ibid
[13].Murniatmo, Gatot, et.al. Ibid.
[14]Susanto Sunario, Astrid. S. Globalisasi dan Komunikasi. (Jakarta : Sinar Harapan, 1992)
[15]. Thorpe, Gold J. E.. Sosiologi Dunia Ketiga: Kesenjangan dan Pembangunan. ( Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992)
[16]. Stanley J. Baran & Dennis K. Davis,  Mass Communication Theory: Foundation, Ferment, and Futureed. 2nd, (USA: Wadsworth. 2000)
[17].  Dennis McQuail, Ibid.
[18]. Benhabib, Seyla, Critique, Norm, And Utopia: A Study ofThe Foundation of Critical Theory (New York : Columbia University Press, 1986 )
[19]  Ibid
[20].Berkowitz, AD & Perkins, HW. Masalah Minum antar  Mahasiswa: Sebuah Tinjauan Riset terbaru.
( Westport, CT: Greenwood Press. 1997)
[21].Stephen W Littlejhon, Theories of Human Communication ed. 6th. ( California: Wadsworth. 1999 )