Selasa, 04 September 2012


CRITICAL REVIEW BUKU

ADMINISRATIVE BEHAVIOR :  A STUDY OF DECISION-MAKING PROCESSES IN ADMINISTRATIVE ORGANIZATIONS

 BY : Herbert Alexander Simon-1947
Fourth Edition, The Free Press, New York, 1997.

A.    Pendahuluan
Buku Adminisrative Behavior merupakan buku yang ditulis pertama kali oleh Herbert Alexander Simon pada tahun 1947. Buku ini hasil disertasi Simon pada program Doktor di Universitas Chicago. Apa yang dibahas oleh Herbert dalam buku ini telah menempatkannya sebagai pelopor dari positivisme logis dalam kajian Administrasi Negara[1]. Dalam sejumlah pemikiran yang dituangkan dalam buku ini, Herbert telah menantang pekerja pionir penulis Adminintrasi Negara Klasik seperti Frank Goodnow, Luther Gullick, Leonard White, WE Willoughby dan Lyndal Urwick. Walaupun karyanya dibangun dengan melandaskan pada karya Chester I Barnard ( The Function of Executive, 1938), Herbert secara fundamental menggeser lokus dan focus dari studinya pada satu titik dimana bidang baru Adminintrasi Negara pada saat itu hampir menghilang dari pandangan kalangan akademisi dan profesional[2]
Makalah singkat ini berusaha untuk memberikan gambaran mengenai apa yang dituliskan  Simon dalam Buku legendarisnya tersebut. Selain itu, makalah ini juga diharapkan dapat memberikan sejumlah review kritis terhadap karya Simon tersebut dengan mengacu pada pandangan dari sejumlah akademisi serta pandangan dari penulis sendiri. Semoga apa yang disampaikan dalam makalah singkat ini dapat membawa pembaca kedalam pemahaman yang lebih baik terhadap apa yang ditulis oleh Simon dalam bukunya tersebut.    
B. Ringkasan Isi Buku
            Edisi keempat dari buku Herbert A. Simon mengenai perilaku Administrasi ini, terdiri dari 11 bab versi asli ditambah dengan komentar dari setiap bab yang ditulis dalam rangka mengembangkan dan mengilustrasikan sejumlah tema penting terkait serta untuk memperkenalkan isu-isu baru yang menjadi minat dan perhatian pada saat itu (1997). Kesebelas bab dalam buku Simon tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Bab. I    : Pembuatan Kebijakan dan Organisasi Administrasi
Dalam bab ini Simon memberikan pengantar mengenai bagaimana kebijakan dibuat dan dilaksnakan, pilihan kebijakan dan perilaku, pengaruh nilai dan fakta dalampembuatan kebijakan, pembuatan kebijakan dalam proses administrasi, bentuk pengaruh organisasi, serta keseimbangan organisasi.
2.      Bab II    : Sejumlah Masalah dariTeori Administrasi
Dalam bab ini Simon mengemukakan pendapat dan kritiknya terkait implementasi dari prinsip-prinsip administrasi serta pendekatan yang dapat digunakan dalam teori administrasi.
3.      Bab III   : Fakta dan Nilai dalam Pembuatan Kebijakan
Dalam bab ini Simon membahas mengenai perbedaan antara fakta dan etika, serta kebijakan dan administrasi.
4.      Bab IV   : Rasionalitas dalam Perilaku Administrasi
Dalam bab ini Simon membahas mengenai sarana dan tujuan, alternative dan konsekwensi, nilai dan kemungkinan, serta definisi rasionalitas.
5.      Bab V    : Psikologi Kebijakan Administrasi
Dalam bab ini Simon membahas mengenai keterbatasan rasionalitas, tujuan perilaku dari individu, serta integrasi perilaku.
6.      Bab VI   : Keseimbangan Organisasi
Dalam bab ini Simon membahas mengenai bujukan,tipe organisasi peserta, tujuan organisasi sebagai pembujuk, insentif bagi keterlibatan pegawai, nilai-nilai yang berasal dari ukuran dan pertumbuhan organisasi, serta keseimbangan dan efisiensi organisasi.
7.      Bab VII  : Peranan Kewenangan
Dalam bab ini Simon membahas mengenai kewenangan, penggunaan kewenangan, kesatuan perintah, organisasi formal dan informal, serta psikologi dan teori kewenangan.
8.      Bab VIII : Komunikasi
Dalam bab ini Simon membahas mengenai sifat dan fungsi dari komunikasi, komunikasi formal dan informal, organisasi khusus untuk komunikasi, serta pelatihan dan komunikasi.
9.      Bab IX   : Kriteria Efisiensi
Dalam bab ini Simon membahas mengenai sifat efisiensi, kritik terhadap kriteria efisiensi, elemen fakta dan kebijakan, fungsionalisasi dalam hubungannya dengan efisiensi, serta efisiensi anggaran.
10.  Bab X    : Loyalitas dan Identifikasi Organisasi
Dalam bab ini Simon membahas mengenai nilai social versus nilai organisasi, identifikasi organisasi, serta modifikasi identifikasi melalui organisasi.
11.  Bab XI   : Anatomi Organisasi
Dalam bab ini Simon membahas mengenai proses menggabungkan kebijakan, perencanaan review dalam proses penggabungan kebijakan, sentralisasi dan desentralisasi, pelajaran untuk teori administrasi, serta peranan administrator.
Adapun bahasan yang akan disajikan dalam makalah ini adalah Bab VIII yang berhubungan dengan komunikasi.
B. Komunikasi
Simon melihat komunikasi sebagai pusat teori organisasi. Simon berargumentasi bahwa tanpakomunikasi tidak mungkin ada organisasi karena tidakada kemungkinan bagikelompok untuk mempengaruhi perilaku individu. Anggota organisasi terkadang menggunkan komunikasi informal untuk memajukan tujuan pribadi mereka. Dari prilaku informal fenomena klik bermunculan, yakni kelompok yang membangun jaringan informal komunikasi dan menggunakan jaringan informal sebagai alat untuk mengamankan kekuasaan di organisasi. Persaingan antara klik pada gilirannya dapat mengakibatkan ketegangan umum dalam hubungan social dan mengalahkan tujuan system komunikasi informal.
            Simon menduga bahwa system kelemahan komunikasi formal dan kegagalan untuk mengamankan koordinasi yang memadai melalaui system tersebut yang mungkin mendorong perkembangan klik. Banyak komunikasi dikategorikan sebagai gossip. di banyak organisasi selentingan mungkin memainkan, secara keseluruhan peran yang konstruktif. Kelemahan utamanya adalah pertama, bahwa itu menghambat keterbukaan karena ucapan rahasia mungkin tersebar, dan kedua, bahwa informasi yang dikirim oleh selentingan sering (sengaja atau tidak sengaja ) tidak akurat. Disisi lain selentingan adalah berharga sebagai barometer opini public dalam organisasi.
Ada juga hal penting bahwa informasi tidak secara otomatis mengirimkan dirinya sendiri dari titik asal keseluruh organisasi, individu yang pertama mendapatkan informasi harus mengirimkan informasi ini. Dalam mengirimkan informasi anggota organisasi secara alami akan menyadari konsekwensi transmisinya terhadapmereka. Ketika anggota organisasi percaya bahwa atasan akan menjadi marah oleh berita itu, berita ini mungkin akan ditekan. Oleh karena itu informasi cenderung akan dikirim keatas dalam organisasi hanya jika transmisi tidak akan memiliki konsekwensi yang tidakmenyenangkan bagi pemancarnya, atasan akan mendengar itu pula darisaluran lainnya ( dan lebih baik untuk memberitahu dulu atasan), atau informasi bahwa kebutuhan atasan dalam berurusan dengan para pemimpin perusahaan, dan atasan tidak akan merasa senang jika tertangkap tanpa informasi.
Selain itu sering terjadi kegagalan untuk mengirimkan informasi keatas hanya karena bawahan tidak dapat membayangkan secara akurat kebutuhan informasi atasan mereka. Sebuah masalah komunikasi utama, maka dari tingkat yang lebih tinggi dari hirarki organisasi adalah bahwa banyak informasi yang relevan untuk keputusan pada tingkat ini berasal di tingkat bawah dan mungkin tidak mencapai tingkat yang lebih tinggi kecuali eksekutif luar biasa waspada. Simon juga mengatakan bahwa ada masalah sebaliknya yang timbul ketika atasan menahan sebuah informasi dari bawahan.kelalaian ini sekali lagi mungkin disengaja, dimana atasan tidak menyadari bahwa bawahan memerlukan informasi tersebut. Di sisi lain, atasan dapat menggunakan kepemilikan ekseklusif mereka terhadap informasi sebagai alat untuk mempertahankan otoritas atas bawahannya.
Simon menyatakan bahwa organisasi, yang jauh lebih besar daripada individu, memerlukan memori bantuan. Rutinitas organisasi akan menjadi kebiasaan dalam kasus individu harus dicatat dalam manual untuk instruksi anggota organisasi baru. Diantara repository yang digunakan organisasi adalah system rekaman, file, perpustakaan, dan tindak lanjut system. Simon juga mengamati pentingnya motivasi ; Setiap guru yang efektif mengakui motivasi merupakan kunci untuk proses belajar. Selain itu, motivasi pribadi dapat menyebabkan anggota organisasi mencoba untuk mengalihkan system komunikasi untuk mereka gunakan sendiri dan dapat menyebabkan anggota organisasi menahan informasi dari atasan dan rekan.                   

Teori Administrative Behavior merupakan karya ilmiah Herbert Alexander Simon. Disertasi doctoral Herber Simon yang dijadikan buku ini ditulisnya pada tahun 1947. Disertasi ini merupakan buku pertama Herber Simon. Inti dari buku tersebut merupakan proses perilaku dan kognitif membuat pilihan manusia menjadi rasional dalam membuat keputusan-keputusan. Sebuah keputusan administrasi harus benar dan efisien serta praktis. Keputusan melibatkan pilihan yang dipilih  dari sejumlah alternatif yang diarahkan pada tujuan akhir dari organisasi. Pilihan-pilihan realistis akan memiliki konsekuensi nyata yang terdiri atas tindakan dan non tindakan personil yang dimodifikasi oleh fakta-fakta  lingkungan dan nilai-nilai. Dikemukakan bahwa pengambilan keputusan rasional adalah dengan cara memilih alternatif-alternatif yang menghasilkan kumpulan dari semua konsekuensi yang mungkin akan terjadi. Cara tersebut dapat dialakukan dengan tiga langkah sebagi berikut:
1.      Identifikasi dan daftar semua alternatif
2.      Tentukan semua konsekuensi dari setiap alternatif
3.      Bandingkan kebenaran dan efisiensi dari setiap konsekuensi
Selanjutnya dikatakan bahwa otoritas sangat berpengaruh  pada struktur organisasi formal, termasuk pola komunikasi, sanksi, dan penghargaan, serta pada pembentukan tujuan, sasaran, dan nilai-nilai organisasi. Keputusan adalah gabungan dari fakta-fakta dan nilai-nilai, fakta empiris, terutama yang merupakan pengalaman khusus, Simon tertarik dalam mencari identifikasi individu karyawan dengan tujuan organisasi dan nilai-nilai.  Seseorang dapat mengidentifikasi dirinya dengan berbagai faktor  sosial, seperti; geografis, ekonomi, ras, agama, keluarga, pendidikan, jenis kelamin, politik, dan kelompok olahraga.
            Menurut Herbert Simon, keputusan dapat diukur dengan dua kriteria;
1.   Kecukupan mencapai tujuan yang diinginkan
2.   Efisiensi yang mendapatkan hasil. Banyak anggota organisasi dapat focus pada kecukupan, tetapi manajemen administrasi  secara keseluruhan harus  memiliki perhatian khusus pada efisiensi dengan hasil yang ingin diperoleh.

C. Hubungan Antara Pengambilan Keputusan Yang Efektif Dan Administrasi Organisasi.
Herbert Simon mencatat bahwa administrator tidak menyelesaikan apa-apa dibandingkan pekerja di lapangan. Sebaliknya, mereka mempengaruhi pencapaian tujuan melalui keputusan mereka. Herbert menyatakan ada perbedaan yang signifikan antara keputusan dan tindakan. Perilaku yang sadar maupun tidak sadar (conscious maupun unconscious) meliputi pemilihan yang kompleks dalam perencanaan maupun desain kegiatan. Untuk itu sering digunakan kata “pilihan” (choice) dan “keputusan” yang saling menggantikan. Nilai dan fakta  membuat keputusan terlaksana. Tingkatan pembuatan keputusan dipengaruhi perilaku yang berorientasi tujuan. Elemen yang mempengaruhi tersebut tidak menyeluruh/ideal/sempurna sehingga keterbatasan itu berpengaruh dalam keputusan adminstrasi publik yang berdampak luas. Misalnya pada pembangunan jalan toll dan penetapan uang toll.
            Dalam melaksanakan proses pembuatan keputusan administrasi organisasi dipengaruhi tingkat koordinasi, keahlian dan tanggung jawab pemangku jabatan, dan pelatihan mempengaruhi kualitas pembuatan keputusan. Oleh karena itu perlu keseimbangan antara kepentingan individu dan tujuan yang ingin dicapai organisasi. Herbert memberikan gambaran masalah-masalah tertentu yang dihadapi oleh teori administrasi. Sebuah masalah utama adalah kontras antara spesialisasi dan kesatuan perintah Selanjutnya Simon menggambarkan konflik yang muncul dengan gagasan klasik dari rentang kendali  yang terbatas. Ia mencatat bahwa rentang kendali berbanding terbalik secara proporsional dengan jumlah birokrasi dalam sebuah organisasi.
Selanjutnya dikemukan bahwa dalam menigkatkan efisiensi harus dilakukan pengelompokan berdasarkan tujuan, proses, pelanggan atau tempat. Meskipun di sisi lain harus diperhatikan rivalitas antara tujuan organisasi dan pelanggan, ambiguitas “tujuan” dan kesenjangan criteria. Dampaknya untuk teori administrasi adalah deskripsi situasi dan bagaimana membuat diagnosis situasi tersebut, dengan bobot dan kriteria pembuatan keputusan.
            Adapun beberapa prinsip administrasi yang diakui : (1) efisiensi administrasi ditingkatkan melalui spesialisasi, (2) efisiensi ditingkatkan dengan membagi anggota kelompok dalam suatu hirarki wewenang yang pasti, (3) efisiensi administrasi ditingkatkan dengan mempersempit rentang kendali, dan (4) efisiensi ditingkatkan dengan pengelompokan pekerjaan dan maksud pengawasan berdasarkan tujuan, proses, pelanggan, atau tempat.
            Disamping hal tersebut Herbert mengkaji fakta dan nilai dalam pengambilan keputusan, dengan pembatasan yang jelas antara keduanya. Fakta yang dapat diuji proposisi, di mana sebagai pernyataan etis mungkin timbul dari dalam organisasi, dan melibatkan kata-kata seperti “harus” atau “seharusnya.” Selain itu, keputusan ada yang mengandung faktual dan komponen etika, sehingga keputusan tidak dapat dievaluasi sebagai “benar” atau “salah.” Mereka hanya bisa dinilai oleh pencapaian tujuan, atau “nilai-nilai.” Hal ini tampak jelas perbedaannya antara organisasi public dan swasta.
Pertanggungjawaban kepada lembaga demokratis atas penentuan nilai dapat diperkuat dengan membuat sarana procedural yang memisahkan unsur factual dan etis. Alokasi masalah pada legislator atau administrator tergantung arti relatif factual dan etis yang bisa menimbulakan kontroversi. Misalnya seperti kasus Lapindo Brantas. Oleh karena itu legislator dengan pertimbangan factual harus mempunyai akses ke sumber informasi dan mendapat advis yang tepat. Sementara itu badan administrasi karena pertimbangan nilai harus cepat tanggap terhadap nilai masyarakat jauh melampaui nilai-nilai yang nyata-nyata dijadikan undang-undang.
            Herbert selanjutnya mengajukan gagasan dalam mempertimbangkan rasionalitas perilaku administratif. Herbert menunjukkan bahwa idealnya semua pengambilan keputusan akan mengikuti proses seperti mata rantai. Namun, sistem nyata jarang sesederhana ini, dan orang tidak selalu berakhir dengan mempertimbangkan perilaku alternatif. Waktu, pengetahuan, dan kelompok mempengaruhi perilaku. Rasionalitas secara kasar didefinisikan sebagai perhatian atau keberpihakan pada pemilihan perilaku tertentu dari suatu system nilai yang dapat dievaluasi.
Tidak semua alternatif perilaku dan segala konsekuensinya dikenali oleh pengambil keputusan. Waktu dan pengetahuan mempersempit pilihan pada pembuatan keputusan berikutnya. Hubungan nilai, pengalaman dan perilaku cukup kuat. Perilaku rasional dan administrasi dapat ditinjau dari teori Freud yang melihat kecenderungan psikologi sosial menjadi schizophrenia dimana keputusan yang diambil bukan berdasar goal organisasi dan irasional yang lebih ke kepentingan pribadi akibat ketidaklengkapan informasi dan pertentangan akal sehat dan emosi.
            Herbert menyatakan psikologi berkaitan dengan keputusan administrasi. Dia mencatat bahwa pengambilan keputusan banyak tidak rasional, untuk rasionalitas memerlukan pemahaman yang lengkap dan semua konsekuensi dari sebuah keputusan. Selain itu, konsep-konsep seperti kepatuhan, memori, kebiasaan, peran rangsangan positif, dan mekanisme ketekunan perilaku juga mempengaruhi pengambilan keputusan.
            Dinyatakan bahwa pengintegrasian perilaku menjadikan pola perilaku mulai dari keputusan sistem nilai individu atau organisasi, disain dan mekanisme yang mengarahkan saluran distribusi informasi dan pengetahuan, dan eksekusi keputusan harian. Mekanisme organisasi mempengaruhi anggotanya melalui pembagian tugas, standar kinerja, sistem kewenangan dan pengaruh, saluran komunikasi, indoktrinasi dan pelatihan. Selanjutnya proses koordinasi dimulai dari koordinasi pribadi individu, alternative individu vs kelompok, rencana kelompok, komunikasi, dan penerimaan rencana.
            Sifat mudah diajar pada manusia memungkinkan pelatihan dilaksanakan dan adaptasi dapat dilakukan. Dosilitas memperhatikan konsekuensi-konsekuensi dari tindakannya dan menyesuaikan untuk mencapai maksud yang diinginkannya. Manusia berdasarkan pengalaman dan komunikasi yang menajamkan perilaku membedakan dengan lebih jelas manusia dengan binatang. Memori baik yang bersifat alamiah maupun buatan dalam pikiran maupun catatan, berkas, arsip dsb. membantu rasionalitas manusia. Demikian pula kebiasaan  tidak dapat dipandang sebagai suatu unsur yang pasif karena begitu kebiasaan telah terbentuk, maka dengan suatu ransangan kecil saja timbul kecenderungan melakukan kebiasaan tanpa berpikir lagi. Peranan ransangan positif hendaknya dibedakan antara pola ransangan-jawaban dan kebimbangan-pilihan member petunjuk untuk mengetahui peran non-rasional dan rasional di dalam pola perilaku keseluruhannya. Pada posisi eksekutif banyak sekali ransangan keputusan berasal dari luar individu. Hal ini tidak saja mempengaruhi keputusan namun berdampak pada kesimpulan dicapainya.
            Herbert mengemukakan bahwa faktor yang menentukan lingkungan psikologis pada orang dewasa lebih berpola daripada pada anak-anak. Lingkungan kantor dengan melihat kalender meja, almari buku mendorong membaca buku, pengembangan keterampilan mengetik, dan komunikasi organisasi adalah keadaan yang mendorong individu memengambil keputusan benar yang menjadi tanggung jawabnya. Ada dua mekanisme pokok yang terjadi: (1) yang menyebabkan perilaku terus bertahan bila sudah diniatkan dan (2) yang mengarahkan perilaku ke arah tertentu. Yang pertama bersifat internal dan yang kedua berasal dari antarpribadi. Integrasi perilaku meliputi tiga langkah pokok: (1) individu/organisasi membuat keputusan yang berdampak luas (substantive) ; (2) ia mendisain dan membentuk mekanisme yang mengarahkan perhatiannya, memberikan informasi dan pengetahuan sehingga keputusan sehari-hari berjalan sesuai rencana substantive; (3) ia melaksanakan rencana melalui keputusan sehari-hari dan kegiatan yang cocok dengan kerangka (1) dan (2). Tipe keputusan umum dapat dibedakan (1) perilaku saat ini, diputuskan saat ini yang membatasi kemungkinan-kemungkinan masa depan dan (2) keputusan masa depan dapat sedikit banyak dipengaruhi oleh keputusan sekarang. Ini mungkin dilakukan dengan memilih; nilai-nilai tertentu sebagai kriteria untuk keputusan kelak; hal-hal tertentu berdasarkan pengetahuan empirik yang relevan,  alternative perilaku-perilaku tertentu sebagai satusatunya alternative yang memerlukan pertimbangan untuk pemilihan kelak.
Herbert menyatakan bahwa mekanisme pengaruh organisasi dilaksanakan melalui lima mekanisme; 1). pembagian kerja, 2). menetapkan standar praktek-praktek (standar operasional prosedur), 3). meneruskan keputusan ke bawah, 4). menyediakan saluran komunikasi dan pelatihan, dan 5). mengindoktrinasi (internalisasi) dan pelatihan. Sedangkan koordinasi dilaksanakan melalui: self coordination, alternative individu vs kelompok, rencana kelompok, dan komunikasi. Komentar yang ditambahkan meliputi bukti empiris keterbatasan rasio (bounded rationality), pengembangan relasi dalam teori pembuatan keputusan formal menanggapi teori permainan (game theory) Neumann dan Morgenstern yang menggambarkan perilaku yang akan datang seperti pohon dengan dahan dan rantingnya.
            Hal lain yang disampaikan adalah adanya tiga hal yang kurang pada teori klasik : setting agenda, representing problem, proses pengembangan alternatif (tahap-tahap pembuatan keputusan serta melihat tipe permasalahan—terstruktur-tidak terstruktur). Peran intuisi yang menjadi perhatian dan perdebatan antara lain oleh Chris Agryris dan Henry Mintzberg, menurutnya dapat dimulai dengan pandangan Banard yang membedakan “logical” dan “non-logical” dalam proses pembuatan keputusan. Maksud “logibal process” adalah pikiran sadar dan “non logical process” adalah sesuatu yang tidak dapat diuraikan dengan kata dan alasan yang langsung dilaksanakan atau diputuskan.    Pada saat gagasan awal Administrative Behavior dituliskan (1941-42) hal ini menjadi masalah dan ketika dituliskan dibuku pun makna “logical” disalahartikan. Di samping itu juga “split brain”, bukti baru proses intuisi, intuisi dalam expert system di computer yang menarik kita pad diskusi hubungan pengetahuan dan perilaku serta konsekuensinya berupa stress.
            Penerima nobel ekonomi ini selanjutnya membahas keseimbangan organisasi. Herbert berpendapat bahwa stimulus tertentu menentukan lebih lanjut tujuan organisasi. Keputusan yang tepat tergantung pada para pihak terkait (pemasok, pelanggan, atasan, atau penyelenggara) dan organisasi itu sendiri (profit, layanan, pemerintah). Tipe partisipasi anggota dapat dipengaruhi oleh jenis organisasi, adaptasi anggota terhadap tujuan, loyalitas terhadap tujuan, insentif yang diberikan, serta nilai-nilai dari ukuran dan pertumbuhan organisasi. Pada akhirnya akan terjadi keseimbangan organisasi dan efisiensi di dalam organisasi komersial dan pemeritah berdasarkan hal-hal tersebut.
            Gagasannya tentang peran otoritas dalam perilaku administrative membedakan antara pengaruh, bujukan  dan kekuasaan, perintah, kewenangan. Dia menyebutkan sanksi yang mendorong penerimaan dan menunjukkan bahwa penggunaan kekuasaan harus dibatasi, karena mungkin memiliki pengaruh lebih besar dalam menciptakan keyakinan para bawahan. Kewenangan meliputi tanggung jawab, keahlian, dan koordinasi. Kesatuan perintah, hirarki kewenangan, pembagian kewenangan, pangkat, dan pemberian sanksi perlu diletakkan dalam kerangka psikologi dan teori kewenangan. Perilaku individu sesuai dengan nilai-nilai individu yang bersangkutan. Namun perilaku individu dalam organisasi dikuasai oleh system wewenang organisasi dan tidak terkait dengan kondisi psikologi individual. Misalnya keputusan-keputusan pada kesatuan militer. Dengan demikian psikologi merupakan bagian dari teknologi administrasi dan bukan bagian dari teori administrasi itu sendiri.
            Yang harus dipertimbangkan juga adalah peran komunikasi dalam keputusan pemerintahan. Dia mencatat bahwa komunikasi dapat terjadi secara formal maupun informal dari atas, bawah, atau kesamping dalam hierarki pemerintahan. Herbert menyimpulkan dengan suatu diskusi mengenai hubungan komunikasi dan motivasi pribadi dan penerimaan komunikasi (Siapa yang mengirimkan informasi kepada saya? Apakah efek dari informasi mengenai posisi saya?). Komunikasi formal disampaikan melalui media lisan , memorandum, surat, catatan, laporan, dan manual. Komunikasi informal adalah membangun hubungan sosial di sekitar anggota organisasi. Ditekankan juga pentingnya trainng sebagai media meningkatkan komunikasi untuk mencapai tujuan organisasi.
            Kriteria efisiensi dan pemanfaatan nilai efisiensi untuk mengevaluasi efektivitas administrasi. Efisiensi adalah fungsi dari dua faktor yang meminimalkan investasi dan memaksimalkan output dari produk akhir. Beberapa kritik dari kriteria ini adalah bahwa hal itu menciptakan sebuah mentalitas “tujuan menghalalkan cara”, atau bahwa efisiensi dapat menjadi terlalu mempertimbangkan minimalisasi biaya sarana dan mengabaikan produk akhir.
            Kriteria efisiensi menuntut bahwa, dari dua alternatif yang memiliki biaya yang sama, bahwa salah satu yang dipilih akan mengarah pada pencapaian yang lebih besar tujuan organisasi, dan bahwa, dari dua alternatif menuju tingkat pencapaian yang sama, bahwa salah satu dipilih yang mensyaratkan biaya yang lebih kecil. Karena semua keputusan administratif didasarkan pada pembatasan yang diberikan pada sumber daya yang tersedia pilihan di antara kemungkinan selalu dapat dibingkai sebagai sebuah pilihan di antara berbagai alternatif yang sama yang melibatkan biaya yang besar berupa uang yang bisa diukur, tetapi memiliki nilai-nilai positif yang berbeda. Masalahnya adalah bagaimana membandingkan nilai-nilai yang dicapai oleh berbagai tindakan.
            Digambarkan sebuah aspek penting identifikasi diri dalam organisasi. Identifikasi adalah proses dimana seorang individu menerima tujuan organisasi di atas tujuan pribadi. Proses ini dapat sangat membantu organisasi dalam mencapai tujuannya, karena dalam identifikasi yang menimbulkan loyalitas anggotanya akan menimbulkan polarisasi dalam arah keputusan organisasi. Ini menyangkut proses di mana individu mengarahkan diri dalam tujuan organisasi (tujuan layanan atau tujuan konservasi) dan tujuan sendiri sebagai nilai yang menentukan keputusan organisasi. Hal ini berarti bahwa seseorang mengidentifikasi dirinya dengan kelompok ketika membuat keputusan. Ia mengevaluasi beberapa alternatif pilihan dalam hal konsekuensi bagi mereka yang ditentukan kelompok bertentangan dengan motivasi pribadi, di mana evaluasi ini didasarkan pada identifikasi dengan dirinya sendiri atau keluarganya.
            Menurut Herbert nilai organisasi: persepsi tentang kata “nilai sosial”, konflik, impersonalitas dalam keputusan organisasi, makna identifikasi, psikologi identifikasi, identifikasi dan kecukupan. Merombak identifikasi juga dapat dilakukan melalui organisasi melalui modus spesialisasi, alokasi fungsi pengambilan keputusan, dan tipe-tipe psikologi dalam keputusan.
Herbert meneliti dan mencatat bahwa perencanaan adalah perintah yang kompleks, karena berasal dari superordinate yang melatih otoritasnya agar berpengaruh pada perilaku bawahannya. Tingkat pengaruh tercermin dalam keputusan satu orang yang mengasai setiap aspek perilaku orang-orang lain. Biasanya pegaruh hanya memberi keleluasaan pada apa yang dikerjakan bukan pada bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan. Apabila keterbatan tersebut disadari, mestinya lebih dari satu perintah dapat menentukan satu keputusan tertentu dengan syarat tidak boleh ada dua perintah yang menjangkau premis yang sama.
            Kemudian dijelaskan juga rencana dan peninjauan dalam proses pengambilan keputusan terpadu yang meliputi dua teknik. Yang pertama adalah pada perencanaan para spesialis diarahkan pada suatu masalah sebelum dibuat keputusan dan yang kedua peninjauan dimana individu yang ditunjuk mempertanggung-jawabkan dan membrikan alasan-alasan internal maupun eksternal atas keputusan tersebut. Sentralisasi dan desentralisasi menjadi isu yang menarik perhatiannya. Pada hemat Simon sentralisasi tidak dapat dihindari untuk menjamin diperolehnya keuntungan-keuntungan pengorganisasian koordinasi, keahlian dan tanggung jawab. Sebaliknya biaya sentralisasi tidak boleh dilupakan. Pelajaran dari teori administrasi yang dapat dipetik adalah kenyataan luasnya wilayah rasionalitas, rasionalitas individu dan kelompok, dan pentingnya lokasi organisasi.
            Sekolah bisnis mendasari kegiatannya dengan asumsi bahwa peserta didiknya adalah para praktisi professional di berbagai bidang usaha atau peneliti dalam sekolah professional yang mengembangkan pengetahuannya pada bidang professional praktis. Hendaknya dibedakan pengetahuan sebagai disiplin ilmu dan pengetahuan professional (liberal atau utilitarian knowledge). Sumber pengetahuan dasar dapat diperoleh dari dunia bisnis, sehingga perlu seorang pengajar mempunyai pengalaman bisnis atau pengalaman konsultansi serta riset terapan. Namun demikian sumber pengetahuan juga berasal dari ilmu (science) atau upaya sintesa di antara keduanya seperti mencampurkan air dengan minyak.
            Secara ringkas Simon menjelaskan bahwa banyak keputusan dibuat dengan mengabaikan aspek rasionalitas yang banyak diperhatikan pada dunia ekonomi berbeda dengan rasionalitas di administrasi publik yang disebutnya sebagai rasional terbatas (bounded rationality). Pengambilan keputusan dengan rasionalitas yang terbatas ini terjadi karena keterbatasan dalam memperoleh informasi yang valid dan sifat yang kompleks dari informasi itu sendiri.


D. Tokoh yang Mendukung Teori Herbert Simon
Tokoh yang mendukung teori Simon tentang perilaku administrasi adalah James G. Mereka berkolaborasi berapa karya dalam teori organisasi. James G. Maret adalah Profesor Emeritus di Universitas Stanford, paling dikenal untuk penelitian pada organisasi dan pengambilan keputusan organisasi .
James G. Maret orang sangat dihormati karena perspektif teoretisnya yang luas yang dikombinasikannya dengan teori-teori dari psikologi dan ilmu perilaku lainnya. Dia berkolaborasi dengan psikolog kognitif Herbert Simon pada beberapa karya pada teori organisasi. James G. Maret dikenal pada perspektif perilaku pada teori perusahaan bersama dengan Richard Cyert (1963). Pada 1972, Maret bekerja sama dengan Olsen dan Cohen pada perspektif sistemik-anarkis pengambilan keputusan organisasi yang dikenal sebagai Model Sampah Bisa .
James G Maret adalah ayah dari empat anak dan Sembilan cucu. Sejak 1953 ia telah bertugas di fakultas dari Carnegie Institute of Technology pada University of California, Irvine, dan sejak 1970  di Stanford University. Dia telah terpilih untuk National Academy of Science, para American Academy of Arts dan Ilmu, dan Akademi Pendidikan Nasional, dan telah menjadi anggota Dewan Sains Nasional

E. Sumber
Simon, Herbert A., Adminisrative Behavior : a study of decision-making processes in administrative organizations, fourth edition, The free Press, New York, 1997.

Wikipedia Ensiklopedia Bahasa Indonesia, Eksilopedia Bebas.

Wikipedia, the free encyclopedia




[1]. Lynch, Thomas D. and Peter L. Cruise, Ed, Hand Book of Organization Theory and management : The Philsophical Approach, Second Edition, Boca Raton : CRC Taylor and Francis, 2006, h. xxxii
[2]. Ibid.